Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Untuk Mhs sem 4 Intensif
Zaman Kerajaan Islam ke-1 di Aceh
Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Pasai,
berdiri pada abad ke-10 M. dengan rajanya yang pertama Al-Malik Ibrahim bin
Mahdum dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah. Ibnu Batutah dari Maroko,
mengelilingi dunia dan singgah di kerajaan Pasai pada zaman Al-Malik Al-Zahir
menerangkan sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai, sebagai
berikut:
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama
bidang syariat ialah fiqih mazhab Syafi’i.
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa
majelis taklim dan halaqah.
c. Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh
ulama.
d. Biaya pendidikan agama bersumber dari
negara.
Kerajaan Islam yang kedua adalah Perlak di Aceh. Rajanya
yang ke-6 bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin, adalah seorang ulama
yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Lembaga tersebut mengajarkan dan
membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, seperti kitab Al-Um
karangan Imam Syafi’i. Dari Pasai dan Perlak ini, dakwah Islam disebarkan ke negeri
Malaka, Sumatera Barat, dan Jawa Timur.
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal
12 Zulkaedah 916 H, menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Aceh
pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang
terkenal di dalam dan di luar negeri.
Lembaga-lembaga Negara yang bertugas dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan, di antaranya:
- Balai Seutia Hukama, lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli piker dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
- Balai Seutia Ulama, jawatan pendidikan yang mengurusi masalah pendidikan.
- Balai Jamaah Himpunan Ulama, tempat studi para ualam dan sarjana dalam membahas persoalan-persoalan pendidikan.
Adapun jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut:
- Meunasah/Madrasah, berfungsi sebagai sekolah dasar, terdapat di setiap kampung, materi yang diajarkan: menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
- Rangkang, masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat termasuk pendidikan, setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah, ada di setiap mukim, materi yang diajarkan: bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung (hisab), akhlak, fiqih, dan lain-lain.
- Dayah, setingkat dengan Madrasah Aliyah, ada di setiap daerah Ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, materi yang diajarkan: fiqih (hokum Islam), bahasa Arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata Negara, ilmu pasti, dan faraid.
- Dayah Teuku Cik, setingkat dengan perguruan tinggi atau akademi, materinya: fiqih, tafsir, hadits, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata Negara, mantiq, ilmu falaq, dan filsafat.
Zaman Walisongo
Peranan para Wali (Walisongo)
dalam penyebaran agama Islam , sangat besar sekali. Agama Islam mampu merebut
hati masyarakat. Walisongo menyebarkan Islam di Jawa, dengan berdirinya
kerajaan para wali yaitu kerajaan Demak.
Metode pendidikan yang digunakan
oleh para wali kebanyakan menggunakan media pondok pesantren atau padepokan.
Beliau-beliau mengajarkan para santri dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan.
Walisongo adalah orang-orang yang tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat
tinggi, pejuang dakwah dengan keahlian yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada
seni budaya, juga ada yang bergerak di dalam pemerintahan dan militer secara
langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.
Sejarah Pendidikan Islam Di IndonesiaPada Zaman
Penjajahan Belanda
Zaman VOC (KOMPENI)
Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah
kekuasaan baru, yakni kekuasaan Belanda. Orang-orang Belanda yang mula-mula
datang ke Indonesia adalah para pedagang yang tergabung dalam “Vereenigde Oest
Indische Compagnie” atau disingkat VOC, yang beragama Kristen Protestan.
Kebijakan pendidikan VOC adalah melanjutkan kebijakan yang
telah dimulai oleh orang-orang Portugis, tetapi terutama berdasarkan agama
Kristen Protestan.
Untuk keperluan inilah didirikan sekolah-sekolah, terutama
daerah-daerah yang telah di-Nasranikan oleh bangsa Portugis dan Spanyol,
seperti di Ambon, Ternate, dan lain-lain.
Pendidikan bagi
pribumi yang beragama Islam tidak menjadi soal, karena kelanjutannya
sistem-sistem langgar, pesantren dan madrasah berjalan terus.
Sekolah/pendidikan bagi pegawai-pegawai VOC dan pribumi
beragama/pemeluk agama Kristen telah diatur oleh pemerintahan VOC.
Kemunduran perusahaan VOC pada akhir abad 18 menyebabkan VOC
tidak sanggup dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai pengatur pemerintahan dan
masyarakat jajahannya sehingga pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan
Hindia-Belanda.
Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang
kita kenal dengan nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi
seluruh Eropa. Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan kepada
pendidikan Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang .
Pertama adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia
dibebaskan dari absolutisme Negara dan mengharapkan agar kebebasan, terutama
kebebasan ekonomi, dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi
seluruh ummat manusia (Liberalisme).
Kedua adalah Pendidikan hendaknya dapat membebaskan
manusia, pengajaran harus lepas dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus
menyelenggarakannya.
Ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya penerangan
(pengajaran) bagi rakyat umum.
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia
semakin maju, terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal
ini pendidikan yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang
kesehatan, pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.
Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang
kita kenal dengan nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi
seluruh Eropa. Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan kepada
pendidikan Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang .
Pertama adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia
dibebaskan dari absolutisme Negara dan mengharapkan agar kebebasan, terutama
kebebasan ekonomi, dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi
seluruh ummat manusia (Liberalisme).
Kedua adalah Pendidikan hendaknya dapat membebaskan
manusia, pengajaran harus lepas dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus
menyelenggarakannya.
Ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya penerangan
(pengajaran) bagi rakyat umum.
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia
semakin maju, terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal
ini pendidikan yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang
kesehatan, pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.
Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda
adalah sebagai berikut:
a. Belajar huruf Hijaiyah (alfabeth Arab).
b. Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).
c. Mengaji Al-Qur’an (disebut Al-Qur’an besar).
Setelah kitab-kitab Melayu dilanjutkan mempelajari
kitab-kitab berbahasa Arab, seperti: Dammun, Al-‘Awamil, Al Jurumiyah,
Tafsir Jalalain.
Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan
Islam di Aceh mulai berkembang, ditandai dengan berdirinya berbagai pondok
pesantren. Di pondok pesantren banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fatul
Qarib, Fatul Mu’in, dan lainnya. Berikutnya materi di atas dilanjutkan
dengan kitab-kitab berbahasa Melayu, seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi,
Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai masa pembacaan mulai lahir
madrasah,
Pendidikan Islam di Minangkabau
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang
pesat karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana.
Adapun susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
a. Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya
di Aceh.
b. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga
tingkatan, yaitu:
– Nahwu, Saraf, dan Fiqih;
– Tauhid;
– Tafsir;
c. Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq,
dan Balaghah.
Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa
awal, yaitu halaqah dan sistem majelis taklim. Di Minangkabau
yang menjadi pusat pendidikan awal permulaan Islam adalah Surau. Pada
masa penjajahan Belanda mulai dibuat ruang-ruang berbentuk kelas, dinamakan madrasah.
Pendidikan Islam di Jambi
Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul
Samad seorang ulama besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari system halaqah
kemudian menggunakan kelas-kelas seperti madrasah modern. Pelajarannya juga
begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama kemudian memasukkan ilmu umum yang
dibimbing dua guru khusus.
Pendidikan Islam di Jawa Timur
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa
penjajahan Belanda adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh
KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1904 M. Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa
Arab, kemudian setelah berdiri madrasah salafiyah memasukkan ilmu-ilmu
umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-lain.
Pondok Pesantren Tebuireng terdiri atas empat bagian,
yaitu: Madrasah Ibtidaiyah (lamanya 6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun),
Mualimin (5 tahun), Pesantren dengan sistem halaqah.
Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada
tidak terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan
pada tanggal 16 Rajab 1344 H (3 Januari 1926) di Surabaya.
Pendidikan Islam di Jawa Tengah
Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling
berpengaruh berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah
tersebar di seluruh pelosok Kudus, antara lain: Aliyatus-Saniyah Muawanatul
Muslimin, Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School, Mahidud Diniyah
Al-Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.
Pendidikan Islam di Sulawesi
Kebanyakan madrasah
di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama dari Minangkabau dan
Yogyakarta. Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan adalah madrasah Amiriyah
Islamiyah di Bone. Mata pelajaran yang diberikan di madrasah ini meliputi
pelajaran agama dan pelajaran umum.
Madrasah Amiriyah Islamiyah terdiri atas tiga bagian,
yaitu:
1. Ibtidaiyah,
lama belajarnya tiga tahun, diajrakan ilmu agama 50%;
2. Tsanawiyah,
lama belajarnya tiga tahun, diajarkan ilmu agama 60%;
3. Muallimin, lama
belajarnya dua tahun, diajarkan ilmu agama 80%.
Tokoh yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan Islam
di Sulawesi, antara lainadalah Syekh H. M. As’ad bin H. A. Rasyad Bugis.
Madrasah yang didirikannya bernama Wajo Tarbiyah Islamiyah yang
dikemudian hari berubah menjadi Madrasah As’adiyah.
Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam
perjalanan sejarah pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda
adalah madrasah Najah Wal Falah di Sei Bakau Besar Mempawah. Didirikan
pada tahun 1918 M., setelah itu berdiri madrasah Perguruan Islam Assulthaniyah
di Sambas pada tahun 1922 M.
Di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda tidak banyak
madrasah dan pesantren yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di tanah air
Indonesia ini di bagian timur.
Pendidikan Islam di Yogyakarta
Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda
banyak didominasi oleh organisasi Muhammadiyah. Diantaranya yang terkenal
adalah Kweekschool Muhammadiyah, Mualimat Muhammadiyah, Zuama, Tabligh School,
dan H.I.K. Muhammadiyah. Model pendidikannya dengan menggabungkan antara
pelajaran umum dengan agama.
Selain Muhammadiyah juga ada pondok pesantren Krapyak.
Pendidikan Islam di Jawa Barat
Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada
tahun 1917 oleh Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup
berpengaruh adalah PP Gunung Puyuh di Sukabumi.
Pendidikan Islam di Batavia
Madrasah tertua di Batavia adalah Jamiat Kheir yang
didirikan tahun 1905. Tingkatan sekolahnya antara lain: tingkat Tahdiriyah (1
tahun), tingkat Ibtidaiyah (6 tahun), tingkat Tsanawiyah (3
tahun), Bagi lulusan terbaik Tsanawiyah bisa melanjutkan ke Mesir atau
Mekkah. Madrasah lain yang juga punya andil besar bagi pendidikan Islam adalah
madrasah Al-Irsyad yang didirikan pada tahun 1913.
Pendidikan Islam Di IndonesiaPada Zaman Penjajahan Jepang
a). Pelatihan guru-guru:
Dengan melalui sekolah-sekolah diadakanlah pelatihan
guru-guru. Mereka dibebani tugas untuk menyebarkan ideologi baru tersebut.
Setiap kabupaten diwajibkan mengirimkan wakilnya untuk digembleng selama 3
bulan, jangka waktu yang dirasa cukup menjepangkan para guru.
b). Perubahan-perubahan penting:
1. Hapusnya dualisme pangajaran: Berbagai jenis sekolah
rendah yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan sama
sekali. Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi Sekolah Pertama.
2. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi
dan bahasa pengantar, bahasa Jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adat
kebiasaan Jepang harus ditaati.
Pendidikan IIslam pada zaman penjajahan Jepang mengalami
hambatan yang cukup besar. JMinangkabau, penjajahan Jepang lebih ringan
dibandingkan dengan Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan Islam
berkembang cukup pesat di Minangkabau, seperti madrasah Awaliyah.
JJepang banyak melakukan pendekatan-pendekatan kepada umat
Islam, hal ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam upaya memenangkan
perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh Jepang.
Para Kyai dan ulama yang ditangkap dan diperintah untuk
melakukan kerja paksa atau Romusha. Akibatnya dunia pendidikan Islam di
Indonesia menjadi terbengkalai, banyak madrasah-madrasah bubar karena
murid-muridnya menghindar dari kekejaman Jepang. Ada sedikit keberuntungan bagi
madrasah di dalam lingkungan pondok pesantren karena lepas dari pengawasan
Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar