Rabu, Maret 4

MAKALAH LANDASAN FILSAFAT DAN RASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN



MAKALAH
LANDASAN FILSAFAT DAN
RASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN



 

Penulis:
Teni Nurrita NIM: 5520130052

Mata kuliah: Landasan Teknologi Pendidikan
Dosen: Prof.Dr. Marhamah Syarief,M.Pd
Program Studi Magister Teknologi Pendidikan
Universitas Islam As-Syafiiyah
Tahun 2014



BAB I
PENDAHULUAN
I.         LATARBELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Fungsi dari pendidikan,  untuk mempersiapkan generasi muda supaya dapat memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang sehingga dapat mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan.
 Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, harmonis, dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Teknologi pendidikan selalu  berkembang  sesuai dengan masalah  dalam pembelajaran. Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah dan dimasyarakat,serta berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja. Berkembangnya teknologi pendidikan itu tentu saja tentu saja berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Dengan masalah-masalah baru  ini maka diperlukan suatu teknologi dalam pendidikan.  Sehingga teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri.
Berpikir Rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Sehingga kita dapat  efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Kita dapat memikirkan permasalahan yang langsung dengan apa yang kita hadapi, sehingga  kita dapat  menyelesaikan masalah.
Berfikir rasional dipakai bila kita ingin maju, ingin mempelajari ilmu,  kita ingin bekerja untuk kepentingan orang banyak dan juga kepentingan kita pribadi. Berpikir benar juga penting, terutama untuk menciptakan ide baru, yang bermanfaat bagi kehidupan. Ketika kita berfikir benar maka kemungkinan besar realita yang terjadi akan seperti yang kita fikirkan.




II.          RUMUSAN  MASALAH
1.   Apa yang dimaksud dengan  filsafat?
2.   Apa yang dimaksud dengan teknologi pendidikan?
3.   Apa yang dimaksud dengan rasional teknologi pendidikan?
4.   Apa landasan filsafat dan rasional teknologi pendidikan?











BAB II
PEMBAHASAN
I.   PENGERTIAN FILSAFAT
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalan, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadapat kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat).
 Filsafat adalah hasil pemikiran dan  perenungan secara mendalam  tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
  Filsafat menurut para ahli secara umum adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen dan percobaan tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, serta memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi itu.
Jadi berfikir filsafat dalam pendidikan adalah berfikir mengakar/menuju akar atau intisari pendidikan. Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu.  
 Filsafat dalam teknologi pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.


II.  PENGERTIAN  TEKNOLOGI  PENDIDIKAN
Definisi tahun 2008 merupakan  pengembangan dari kawasan sebelumnya, dan tiap kawasan berlanjut perkembangannya.  Definisi 2008 sudah lebih spesifik karena menekankan pada studi & etika praktek.  Berikut definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 “Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological process and resources”. Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka perkembangan  terhadap definisi teknologi pendidikan di masa  akan datang akan semakin terus berkembang  menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Definisi yang diwarnai dengan  konsep kawasan Teknologi Pendidikan adalah suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem pemecahan masalah memanfaatkan peralatan, teknik, teori, dan metode dari berbagai banyak bidang pengetahuan, yakni untuk:
a.      Merancang, mengembangkan, dan menilai, efektifitas dan efisiensi sumber manusia
dan mesin dalam hal untuk memfasilitasi dan mempengaruhi semua aspek pembelajaran.
b.     Pedoman untuk perubahan suatu sistem dan praktek dalam hal untuk menjadi bagian
dalam mempengaruhi arus perubahan dalam kehidupan sosial. 
III. RASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Rasional juga di sering disamakan dengan logis atau logika. Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (khususnya teknologi informasi) semakin mempercepat proses globalisasi. Perkembangan dan percepatan ini memacu dinamika masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Bagi masyarakat yang tidak siap menghadapi perubahan ini, dimungkinkan akan mempengaruhi ketegangan mental, ketergantungan budaya, sosial politik, ekonomi, keamanan. Globalisasi juga akan memacu persaingan hidup yang teramat ketat, baik antar negara/bangsa, propinsi, kecamatan, bahkan antar sekolah dan perorangan. Proses ini akan terus bergilir keseluruh penjuru dan aspek kehidupan, dan akan sulit dibendung. Dengan adanya sejumlah hal dari akibat proses menyatunya dunia (globalisasi), seperti cepatnya perkembangan IPTEK, derasnya difusi informasi dan budaya ke tengah masyarakat akan menimbulkan sejumlah konflik peran dan harapan, karena hidup akan penuh dengan tantangan dan kompetisi. Era ini memerlukan anak anak bangsa yang terdidik melalui layanan yang sangat memadai tanpa memandang ras, golongan, jenis kelamin, usia, tingkatan sosial-ekonomi, etnis maupun agama; sehingga mereka dapat mandiri dan bertanggungjawab, memiliki keimanan dan ketaqwaan.
  Dengan perkembangan teknologi secara global maka diperlukan penguasaan dalam bidang teknologi pendidikan. Sehingga teknologi pendidikan dapat  memberikan kemudahan dalam penggunaan  aplikasi teknologi untuk merancang suatu pembelajaran.
IV. LANDASAN FILSAFAT DAN RASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Ada 3 (tiga) landasan falsafah tentang teknologi pendidikan, yaitu :
a. Landasan Ontologi teknologi pendidikan
b. Landasan Epistemologi teknologi pendidikan
c. Landasan Aksiologi teknologi pendidikan
1. Landasan Ontologi Teknologi Pendidikan
           Menurut Suriasumantri (1982/83,h.88) mengemukakan  bahwa ontologi (apa) merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakekat realitas dari objek tersebut.
Landasan ontologi teknologi pendidikan menurut Prof. Yusufhadi Miarso  adalah sebagai berikut :
a.       Adanya sejumlah besar orang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang
diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
 Data statistik pendidikan menunjukkan bahwa angka melanjutkan sekolah dari SD/MI ke SMP/MTs tahun 2002 adalah 51,2%. Artinya terdapat 48,8% siswa SD/MI tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMP/MTs. Upaya apa yang harus dilakukan untuk memberi kesempatan belajar kepada hampir 58,8% siswa yang tidak bisa melanjutkan ke SMP/MTs. Disinilah peran penting adanya teknologi pendidikan yang diperlukan untuk menemukan atau mencarikan solusinya dengan berbagai pendekatan yang sistemis dan sistematik tentunya. Semua itu membutuhkan peran penting teknologi pendidikan.
b.      Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia, tapi belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Artinya, banyak sumber baik orang, pesan, alat, teknik, maupun lingkungan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan atau dioptimalkan secara tepat dan relevan tapi belum atau bahkan tidak sepenuhnya seperti itu. Misal, teknologi informasi dan komunikasi seperti radio, televisi, internet dan lain-lain memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan proses pembelajaran.
c.       Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan
dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif efisien, dan selaras.
Disinilah perlunya dicetak tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dalam bidang desain, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan, dan evaluasi baik proses maupun sumber belajar yang tepat dan relevan untuk kondisi kebutuhan pembelajaran tertentu. Upaya pemecahan masalah belajar tidak hanya terjadi dalam dunia persekolahan saja, tapi terjadi dalam konteks masyarakat, organisasi dan industri kerja .
Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and being) (Brameld, 1955: 28). Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu menghadapi realita dan obyek pengalaman.
2. Landasan Epistimologi Teknologi Pendidikan
Epistimologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Epistimologi (bagaimana) merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun manjadi suatu tubuh pengetahuan.
Pandangan epistemologi tentang pendidikan membahas banyak persoalan-persoalan pendidikan, seperti kurikulum, teori belajar, strategi pembelajaran, bahan atau sarana-prasarana yang mengantarkan terjadinya proses pendidikan, dan cara menentukan hasil pendidikan.
 Ada 3 isi dari landasan epistimologi teknologi pendidikan yaitu :
a.       Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling kaitannya dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah.
b.      Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistematik yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai suatu kesatuan, dan ditujukan untuk memecahkan masalah.
c.  Penggabungan kedalam proses yang komplek dan perhatian secara menyeluruh, masing-masing fungsi berjalan dengan sendiri-sendiri
Ada empat revolusi yang terjadi di dunia pendidikan karena adanya masalah yang tidak teratasi dengan cara yang ada sebelumnya, tetapi dilain pihak juga menimbulkan masalah baru. Masalah – masalah itu dibatasi pada masalah utama, yaitu “belajar”. Menurut Sir Eric Ashby (1972, h. 9-10) tentang terjadinya empat Revolusi di dunia pendidikan yaitu:
-       Revolusi pertama terjadi pada saat orang tua atau keluarga menyerahkan sebagian tanggungjawab dan pendidikannya kepada orang lain yang secara khusus diberi tanggungjawab untuk itu. Revolusi pertama ini terjadi karena orangtua/keluarga tidak mampu lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri.
-          Revolusi kedua terjadi pada saat guru sebagai orang yang dilimpahkan tanggungjawab untuk mendidik. Pengajaran pada saat itu diberikan secara verbal/lisan dan sementara itu kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai ketentuan yang dibakukan. Penyebab terjadinya revolusi kedua ini karena guru ingin memberikan pelajaran kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat.
-          Revolusi ketiga muncul dengan ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku atau media cetak lainnya. Buku hingga saat ini dianggap sebagai media utama untuk keperluan pendidikan. Revolusi ini masih berlangsung, bahkan sedang digalakan. Bahkan beberapa pandangan filsafati berpendapat bahwa masyarakat belajar adalah masyarakat membaca. Pendidikan di Indonesia masih berlangsung budaya mendengarkan dan belum sampai budaya membaca. Revolusi ketiga ini terjadi karena guru ingin mengajarkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi, sementara itu kemampuan guru semakin terbatas, sehingga diperlukan penggunaan pengatahuan yang telah dibuat oleh orang lain.
-          Revolusi keempat berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik dimana yang paling menonjol diantaranya adalah media komunikasi (radio, televisi, tape dan lain-lain) yang berhasil menembus batas   geografi, sosial dan politis secara lebih intens daripada media cetak. Penyebab revolusi ini adalah karena guru menyadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, dan karena itu yang lebih penting adalah mengajarkan kepada anak didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui berbagai sumber dan saluran.
Dapat disimpulkan dari perkembangan revolusi yang terjadi bahwa tujuan pendidikan yang harus menentukan sarana apa saja yang dipergunakan atau dengan kata lain media komunikasi menentukan pesan yang perlu dikuasai. Penyebab revolusi ini adalah karena guru menyadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, dan karena itu yang lebih penting adalah mengajarkan kepada anak didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui berbagai sumber dan saluran.
Dengan keempat revolusi  diatas dapat disimpulkan bahwa adanya masalah-masalah baru yaitu:
a.    Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku,
prosedur media dll), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televisi, radio dll), alat (jaringan televisi, radio, dll) cara-cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung.
b.       Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun faktual.
c.        Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar
itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
3. Landasan Aksiologi Teknologi pendidikan
 Aksiologi (untuk apa) yaitu merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. Aksiologi (axiology), suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai. Landasan pembenaran atau landasan aksiologis teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam hal ini Teknologi Pembelajaran  secara aksiologis akan menjadikan pendidikan menjadi:       ·         Produktif     ·         Ilmiah                    ·         Individual   ·         Serentak / actual
·         Merata         ·         Berdaya serap tinggi
Menurut Presidential commission on intruktional teknologi (1969), adapun manfaat / nilai guna teknologi pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produtivitas pendidikan, dengan jalan :
• Melanjutkan tahapan belajar
• Membantu guru untuk mengunakan waktunya secara lebih
• Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan kegairahan anak, belajar anak.
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sipatnya lebih individual, dengan jalan :
- Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional
- Memberikan kesempatan anak sesuai dengan kemampuannya.
c. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan :
• Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik
• Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
d.   Lebih memantapkan pelajaran dengan jalan :
• Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunukasi
• Penyajian informasi secara lebih konkret
e.     Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat :
• Mengurungi jurang pemisah antara pelajaran didalam dengan luar sekolah
• Memberikan pengetahuan tangan pertama
f.    Memungkinkan penyajian lebih luas dan merata terutama dengan jalan
• Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
• Penyajian informasi menembus batas geografi
Sedangkan menurut Daoed Yoesoef (1980), manfaat / nilai guna Teknologi Pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya kebutuhan riel yang mendukung pertumbuhan dan perkembangnya yaitu :
a.    Tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kecepatan belajar
b.   Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, antara lain penyempurnaan kurikulum
c.    Penyedian berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lebih berbagai bentuk dan latihan.
d.   Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai
    dengan tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan
e.  Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembagan dan pemanfaatan berbagai
     wadah dan sumber pendidikan
f. Penyempurnaan pelaksanan interaksi antara pendidikan dengan pembangunan dimana
    manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan
 Menurut Wijaya Kusumah dalam kajian aksiologi, yaitu apa nilai / manfaat pengkajian teknologi pendidikan bisa diaplikasikan dalam beberapa hal, diantaranya
a.       Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan)
b.      Penyempurnaan system Pendidikan
c.       Meluas dan meratnya kesempatan serta akses pendidikan
d.      Penyesuaian dengan kondisi pembelajaran
e.       Penyelarasan dengan perkembangan lingkungan
f.       Peningkatan partisipasi masyarakat





BAB IV
KESIMPULAN

a.       Filsafat adalah hasil pemikiran dan  perenungan secara mendalam  tentang sesuatu sampai keakar-akarnya
b.      Filsafat menurut para ahli secara umum adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
c.       Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi.
d.      Rasional juga di sering disamakan dengan logis atau logika.Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
e.       Ada 3 (tiga) landasan falsafah tentang teknologi pendidikan, yaitu :
-          Landasan Ontologi teknologi pendidikan
Ontologi (apa) merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakekat realitas dari objek tersebut.
-          Landasan Epistemologi teknologi pendidikan
Epistimologi (bagaimana) merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun manjadi suatu tubuh pengetahuan.
-          Landasan Aksiologi teknologi pendidikan
Aksiologi (untuk apa) yaitu merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut




Daftar Pustaka

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu-5/
http://lalangiran.wordpress.com/tag/landasan-filsafat-teknologi-pendidikan/
http://newsakuntansi.blogspot.com/2013/08/rasional-artinya-adalah.html
http://faisalteknologi.blogspot.com/2013/05/pengertian-landasan-falsafah-dan.html
http://www.slideshare.net/armansyah/landasan-falsafah-dan-rasional-tp
Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar