Minggu, Agustus 5

Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah



Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Untuk  Mt Kuliah: Sejarah Pendidikan
Mhs STAIZA sem 4 ( Intensif)

Wahyu yang pertama diterima oleh Nabi Muhammad pada tahun 610 M di Gua Hira, Makkah tertulis pada ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
Kemudian wahyu yang kedua tertulis dalam ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.(Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)
Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di tempat itulah pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam. Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-qur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.
Pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala Agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Salah satu yang menjadi ciri perkembangan pendidikan pada periode ini adalah dibangunnya lembaga pendidikan yaitu Masjid Nabawi. Masjid tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat tetapi juga dipakai sebagai pusat pendidikan dan pengajaran kagamaan, mengadili beberapa perkara masyarakat, musyawarah dan pertemuan lainnya
          Pendidikan pada periode Madinah ditandai dengan mulai berkembangnya pendidikan Islam dan mulai bermunculan lembaga pendidikan Islam seperti mesjid yang pertama kali didirikan yaitu Masjid Quba yang manfaatnya tidak hanya untuk beribadah saja tetapi seklaigus tempat belajar dan mengajar.
          10 metode pendidikan Rasulullah yaitu :
  1. Metode Graduasi (Al-Tadarruj)
  2. Metode Levelisasi
  3. Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)
  4. Metode Keteladanan (Al-Uswah wa Al-Qudwah)
  5. Metode Aplikatif ( At-Tatbiqi Wa Al-‘Amali)
  6. Metode Pengulangan (Al-Taqrir Wa Al-Muraja’ah)
  7. Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
  8. Metode Dialog (Al-Hiwar)
  9.  Metode Analogi (Al-Qiyas)
  10. Metode Cerita
·         Metode graduasi atau penahapan merupakan metode Al-qur’an dalam membina masyarakat, baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah maupun yang lain. Demikian pula dalam menanamkan aqidah, Al-qur’an juga menggunakan metode graduasi ini. Oleh sebab Al-qur’an diturunkan kepada Rasul secara berangsur-angsur (bertahap),
          Metode Levelisasi
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad sering berbeda antara orang satu dengan orang yang lain dengan memperhatikan level-level atau peringkat dan kemampuan kecerdasan intelektual seseorang dalam menangkap sebuah pelajaran. Dengan tujuan agar materi yang disampaikan beliau benar-benar bisa diterima oleh peserta didik.
          Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)
 Nabi Muhammad membuat variasi waktu dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat. Memberikan variasi-variasi dalam penyampaian materi pelajaran. Karena yang beliau ajarkan adalah wahyu dari Allah yang pada saat itu sedang dalam proses diturunkan. Oleh sebab materi yang dikirimkan lewat wahyu itu bervariasi, maka secara otomatis pendidikan yang diajarkan Rasulullah bervariasi.
          Metode Keteladanan (Al-Uswah wa Al-Qudwah)
Ketika Rasulullah Muhammad memberikan sebuah materi yang berkaitan pola perilaku atau tingkah laku yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, sebelum beliau menyampaikan kepada peserta didik, terlebih dahulu beliau melakukannya dalam perbuatan sehari-hari. Dengan hal demikian, maka peserta didik akan lebih cepat memahami ajaran Rasulullah. Selain itu, dalam Al-Qur’an juga telah disebutkan bahwa:
“sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suatu suri tauladan yang baik”. (Qs. Al-Ahzab: 21)
 
          Metode Aplikatif ( At-Tatbiqi Wa Al-‘Amali)
Apabila Rasulullah sudah memberikan teladan-teladan dalam ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada peserta didik, maka pada gilirannya peserta didikpun langsung mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran – ajaran itu dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan Nabi Muhammad tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran saja, melainkan juga langsung diamalkan.
          Metode Pengulangan (Al-Taqrir Wa Al-Muraja’ah)
Metode pengulangan menjadi salah satu metode yang digunakan beliau, karena dianggap perlu dan penting untuk dilakukan khususnya dalam materi pelajaran yang penting-penting
          Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
Sebuah metode yang digunakan oleh Rasul dalam penyampaian materi pelarannya, dimana Beliau tidak hanya berhenti setelah sudah memberikan materi kepada peserta didik, akan tetapi beliau juga melakukan sebuah tindakan monitoring dan evaluating. 
          Metode Dialog (Al-Hiwar)
Metode pendidikan Rasulullah selanjutnya adalah Al-Hiwar yaitu dialog, Tanya jawab. Dalam hal ini Rasul, berperan sebagai penanya dan pendialog. Sementara peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan metode ini, Beliau membentuk peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak tahu menjadi mengetahui, kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke posisi meyakini. Metode ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa Rasulullah.
          Metode Analogi (Al-Qiyas)
Penerapan metode ini dalam pendidikan Rasul disini Beliau seringkali menyebutkan ungkapan-ungkapan  dalam mengajarkan agama Islam kepada peserta didik.
          Metode Cerita
Metode ini dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah orang – orang terdahulu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar