Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Untuk Mt Kuliah: Sejarah Pendidikan
Mhs STAIZA sem 4 ( Intensif)
Wahyu yang pertama diterima oleh
Nabi Muhammad pada tahun 610 M di Gua Hira, Makkah tertulis pada ayat al-qur’an
yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan
(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia
apa yang belum diketahuinya.(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
Kemudian wahyu yang kedua
tertulis dalam ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berselimut.
Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu
bersihkanlah dan perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah.(Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)
Setelah banyak orang memeluk
Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat
pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di tempat itulah pendidikan
Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam. Nabi mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu
(ayat-ayat) al-qur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan
orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan agama islam. Nabi beribadah (sholat) bersama
sahabat-sahabatnya.
Pada periode Madinah Islam
merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala Agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Salah satu
yang menjadi ciri perkembangan pendidikan pada periode ini adalah dibangunnya
lembaga pendidikan yaitu Masjid Nabawi. Masjid tersebut tidak hanya berfungsi
sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat tetapi juga dipakai sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran kagamaan, mengadili beberapa perkara masyarakat,
musyawarah dan pertemuan lainnya
•
Pendidikan pada periode Madinah ditandai dengan
mulai berkembangnya pendidikan Islam dan mulai bermunculan lembaga pendidikan
Islam seperti mesjid yang pertama kali didirikan yaitu Masjid Quba yang
manfaatnya tidak hanya untuk beribadah saja tetapi seklaigus tempat belajar dan
mengajar.
•
10 metode pendidikan Rasulullah yaitu :
- Metode Graduasi (Al-Tadarruj)
- Metode Levelisasi
- Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)
- Metode Keteladanan (Al-Uswah wa Al-Qudwah)
- Metode Aplikatif ( At-Tatbiqi Wa Al-‘Amali)
- Metode Pengulangan (Al-Taqrir Wa Al-Muraja’ah)
- Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
- Metode Dialog (Al-Hiwar)
- Metode Analogi (Al-Qiyas)
- Metode Cerita
·
Metode
graduasi atau penahapan merupakan metode Al-qur’an dalam membina masyarakat,
baik dalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi jahiliyah maupun yang lain.
Demikian pula dalam menanamkan aqidah, Al-qur’an juga menggunakan metode
graduasi ini. Oleh sebab Al-qur’an diturunkan kepada Rasul secara
berangsur-angsur (bertahap),
•
Metode Levelisasi
Penyampaian
materi pelajaran yang dilakukan Nabi Muhammad sering berbeda antara orang satu
dengan orang yang lain dengan memperhatikan level-level atau peringkat dan
kemampuan kecerdasan intelektual seseorang dalam menangkap sebuah pelajaran.
Dengan tujuan agar materi yang disampaikan beliau benar-benar bisa diterima
oleh peserta didik.
•
Metode Variasi (Al-Tanwi’ Wa Al-Taghyir)
Nabi Muhammad membuat variasi waktu dalam
memberikan pelajaran kepada para sahabat. Memberikan variasi-variasi dalam
penyampaian materi pelajaran. Karena yang beliau ajarkan adalah wahyu dari
Allah yang pada saat itu sedang dalam proses diturunkan. Oleh sebab materi yang
dikirimkan lewat wahyu itu bervariasi, maka secara otomatis pendidikan yang diajarkan
Rasulullah bervariasi.
•
Metode Keteladanan (Al-Uswah wa Al-Qudwah)
Ketika
Rasulullah Muhammad memberikan sebuah materi yang berkaitan pola perilaku atau
tingkah laku yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari,
sebelum beliau menyampaikan kepada peserta didik, terlebih dahulu beliau
melakukannya dalam perbuatan sehari-hari. Dengan hal demikian, maka peserta
didik akan lebih cepat memahami ajaran Rasulullah. Selain itu, dalam Al-Qur’an
juga telah disebutkan bahwa:
“sungguh
telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suatu suri tauladan yang baik”. (Qs.
Al-Ahzab: 21)
•
Metode Aplikatif ( At-Tatbiqi Wa
Al-‘Amali)
Apabila
Rasulullah sudah memberikan teladan-teladan dalam ajaran-ajaran yang beliau
sampaikan kepada peserta didik, maka pada gilirannya peserta didikpun langsung
mempraktikan dan mengaplikasikan ajaran – ajaran itu dalam kehidupan sehari –
hari. Pendidikan Nabi Muhammad tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran
saja, melainkan juga langsung diamalkan.
•
Metode Pengulangan (Al-Taqrir Wa
Al-Muraja’ah)
Metode
pengulangan menjadi salah satu metode yang digunakan beliau, karena dianggap
perlu dan penting untuk dilakukan khususnya dalam materi pelajaran yang
penting-penting
•
Metode Evaluasi (Al-Taqyim)
Sebuah metode
yang digunakan oleh Rasul dalam penyampaian materi pelarannya, dimana Beliau
tidak hanya berhenti setelah sudah memberikan materi kepada peserta didik, akan
tetapi beliau juga melakukan sebuah tindakan monitoring dan evaluating.
•
Metode Dialog (Al-Hiwar)
Metode pendidikan
Rasulullah selanjutnya adalah Al-Hiwar yaitu dialog, Tanya
jawab. Dalam hal ini Rasul, berperan sebagai penanya dan pendialog. Sementara
peserta didiknya yang diajak dialog. Dengan metode ini, Beliau membentuk
peserta untuk melakukan perubahan yaitu dari tidak tahu menjadi mengetahui,
kemudian dan memahami, dan yang selanjutnya sampai ke posisi meyakini. Metode
ini banyak mewarnai system pendidikan Islam pada masa Rasulullah.
•
Metode Analogi (Al-Qiyas)
Penerapan
metode ini dalam pendidikan Rasul disini Beliau seringkali menyebutkan
ungkapan-ungkapan dalam mengajarkan agama Islam kepada peserta didik.
•
Metode Cerita
Metode ini
dikemas dengan cara bercerita. Untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam kepada
peserta didik, Rasul seringkali menuturkan kisah orang – orang terdahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar