MAKALAH
KELOMPOK 6
TENTANG
TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ERICH FROMM DAN VICTOR FANKL
NAMA: MUHAMAD ALFIAN NOOR
HALBI
JERY HELMI
FAUZAN ISRSYADILLAH
SEMESTER: 5
MATA KULIAH: PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AZ ZIYADAH
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT tuhan
semesta alam, karena atas rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah kami tentang “Kajian teori kepribadian manusia menurut Erich
Fromm”. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang dalam naungan iman dan islam.
Penyusunan makalah mengenai “Kajian
teori kepribadian manusia menurut Erich Fromm dan Victor Fankl ” ini merupakan
tugas kelompok kami dalam mata kuliah Psikologi Kepribadian. Dalam penyelesaian
makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya
ilmu pengetahuan yang menunjang.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/i
yang masih dalam proses pembelajaran, penyusunan makalah ini masih banyak
sekali kekurangan. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik untuk
kedepannya.
Dan tak lupa pula kami haturkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah kita
ini. Sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu.
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fromm mengembangkan system terapi yang
dinamakannya psikoanalisis humanistic yang menekankan aspek interpersonal dari
hubungan terapeutik. Klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan dasar kemanusiaannya. Terapi harus dibangun melalui hubungan pribadi,
komunikasi yang tepat, dan penuh konsentrasi dan kasih sayang. Hal ini akan
mengembalikan perasaan klien sebagai manusia yang independen.
Pemikiran Fromm tidak bisa lepas dari
latar belakang kehidupannya yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga
menjadi mahasiswa. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Max, terutama
oleh karyanya yang pertama, The Economic and philosophical Manuscripts yang
ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx,
menyelidiki kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis. Meskipun
Fromm dapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri
lebih suka disebut humanis dialetik yaitu perjuangan manusia yang tidak pernah
menyerah untuk memperoleh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan
kebutuhan manusia.
1.2
Rumusan Masalah
2.1
Bagaimana pandangan Erich Fromm tentang manusia?
2.2
Apa pokok-pokok teori Erich Fromm?
2.3
Apa tipe-tipe karakter Erich Fromm?
2.4
Apa prinsip-prinsip teori kepribadian Erich Fromm?
2.5
Apa saja gangguan kepribadian menurut Erich Fromm?
1.3
Tujuan
2.1
Untuk mengetahui Bagaimana pandangan Erich Fromm tentang manusia.
2.2
Untuk mengetahui pokok-pokok teori Erich Fromm.
2.3
Untuk mengetahui tipe-tipe karakter Erich Fromm.
2.4
Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori kepribadian Erich Fromm.
2.5
Untuk mengetahui gangguan kepribadian menurut Erich Fromm.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pandangan Erich Fromm tentang manusia
Erich
Fromm, seperti Alfred Adler dan Karen Horney, berpendapat bahwa kita
tidak hanya dipengaruhi dan dibentuk oleh kekuatan naluri biologis kita,
seperti yang dikemukakan oleh Fromm. Oleh karena itu, Fromm mengemukakan bahwa
kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya .
Penekanan Fromm pada faktor sosial dari
kepribadian lebih luas daripada Adler dan Horney. Kita bisa katakan bahwa Fromm
mencakup pandangan yang lebih luas pada perkembangan kepribadian dari pada
teori–teori lainnya, hal ini disebabkan oleh mengutamakan aspek sejarah. Dia
menjelaskan bahwa kita dapat menemukan kejadian–kejadian sejarah pada akar dari
kesepian, keterasingan dan terabainya seseorang. Untuk menemukan tujuan dalam
hidup, kita perlu menghilangkan perasaan–perasaan terasing dan mengembangkan
perasaan saling memiliki. Sebaliknya, meningkatnya kebebasan yang kita dapatkan
dapat meningkatkan kesendirian dan keterasingan kita. Terlalu banyak kebebasan
bisa menjadi sebuah jebakan sehingga menyebabkan kondisi yang tidak baik, yang
mana sebaiknya kita cegah.
Fromm meyakini bahwa konflik pribadi
yang kita alami berasal dari masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga
optimis mengenai kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan
menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh masyarakat
kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial sebagai penentu dari
kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf,
sejarahwan, dan budayawan. Fromm
mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan menawarkan
pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–sifat alami manusia dengan
masyarakat.
Pandangan Fromm tentang manusia adalah
optimistik. Fromm melihat kepribadian sebagai suatu produk kebudayaan. Karena
itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefenisikan menurut bagaimana
baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dasar semua individu,
bukan menurut bagaimana baiknya individu–individu menyesuaikan diri dengan
masyarakat.
Karakter seseorang dipengaruhi oleh
karakter-karakter sosial, politik, dan
ekonomi masyarakat kita, namun tidak menentukan karakter kita karena
setiap orang memiliki kemampuan untuk membentuk karakter kepribadian dan
sosialnya sendiri.
Fromm menyatakan bahwa masyarakat yang
ideal merupakan keadaan manusia yang tergantung pada manusia lainnya. Hal itu
ditandai dengan adanya cinta, persaudaraan, dan solidaritas setiap manusia
dalam lingkungan sosial.
Apakah suatu kepribadian itu sehat atau
tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.
2.2
Pokok – Pokok Teori Erich Fromm
1.Freedom vs Security: Masalah Dasar
Manusia
Dalam buku Fromm yang pertama “Escape
from freedom” (1941), menjelaskan pandangannya tentang kondisi manusia: dalam
sejarah peradaban Barat yang penduduknya mendapatkan kebebasan yang lebih,
mereka menjadi merasa kesepian, terasing dan ketidakberdayaan. Sebaliknya
semakin berkurang mendapat kebebasan maka mereka akan merasa lebih aman
diterima oleh masyarakat. Fromm memberi contoh orang-orang yang hidup di abad
20 yang menginginkan kebebasan yang lebih besar dari abad lainnya, akan merasa
lebih kesepian dan terasing dibandingkan dengan orang-orang dari abad
sebelumnya.
Untuk mengerti konteks yang saling
berlawanan ini, kita harus menyadari sejarah dari pemerintahan barat, seperti
yang disampaikan Fromm. Dia mengawali dengan diskusi tentang evolusi manusia
dan mencatat perbedaan antara sifat-sifat alami binatang dengan manusia.
Manusia adalah makhluk yang bebas dari mekanisme insting biologis yang menuntut
perilaku kebinatangan. Karena kita memiliki kesadaran yang sadar dan kemampuan
untuk menguasai alam, sehingga kita tidak sama lagi dengan alam, seperti hewan
yang tingkatannya lebih rendah. Fromm menyatakan bahwa orang-orang pada zaman
dahulu mencoba untuk keluar dari perasaan terasing dari alam dengan
mengidentifikasi diri dengan kelompok atau suku mereka. Saling berbagi mitos,
kepercayaan dan ritual kuno. Mereka mendapatkan rasa aman dengan bergabung
dalam sebuah kelompok memberikan penerimaan, hubungan dan seperangkat budaya
dan aturan.
Namun rasa aman ini tidak bertahan lama,
ketika manusia mulai bertumbuh dan berkembang, keinginan mendapatkan kebebasan
dan kemandirian mulai muncul. Pada abad pertengahan sebagai abad terakhir dari
kebebasan dan stabilitas, seseorang hanya memiliki sedikit kebebasan karena
adanya sistem pemerintahan yang menentukan tempat seseorang dalam masyarakat.
Walaupun tidak merasa bebas tapi mereka tidak terasing dari orang lain.
Pergolakan sosial pada masa Renaisans dan Reformasi Protestan
mengahancurkan stabilitas keamanan dengan meningkatkan kebebasan individu.Orang
– orang mulai memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Kebebasan mereka dibayar
dengan hilangnya ikatan sosial yang menjamin rasa aman dan rasa saling
memiliki. Hasilnya, mereka merasa terkepung oleh rasa ketidakberartian keraguan
mengenai arti hidup mereka.
Menurut Fromm, ada dua pendekatan untuk
mengatasi dilema antara keinginan untuk bebas dan kebutuhan akan rasa aman
yaitu:
1.Meraih kebebasan yang positif, mencoba
mencari ikatan baru dengan orang lain, tanpa melepaskan kebebasan. Kita
berhubungan dengan orang lain lewat pekerjaan dan percintaan dengan kemampuan
intelektual dan emosional yang kita miliki serta sikap tulus dan terbuka yang
kita berikan.
2.Untuk mendapat kembali rasa aman
dengan cara melepaskan kebebasan dan meninggalkan sifat individualitas kita.
Walaupun cara ini tidak menuntun ke arah perkembangan dan ekspresi diri, tapi
akan menghilangkan kecemasan kita akan rasa keterasingan kita.
Mekanisme Fisik untuk mendapatkan rasa
aman
Fromm mengatakan ada tiga mekanisme
fisik untuk mendapatkan rasa aman yaitu:
a.Authoritarianism(Otoritarianisme)
Menjelaskan perjuangan masochistic atau
sadistic. Orang yang masochistic punya perasaan rendah diri dan tidak sebanding
dengan orang lain. Karena ini mereka mendapatkan rasa aman dari kesepian dengan
tunduk pada perintah orang lain.
b.Destructive (Perusakan)
Menghapuskan objek atau orang lain.
Orang yang destructive mengatasi rasa kesepian dan ketidakberdayaannya dengan
cara menghancurkan kedua perasaan itu.
c.Automaton Conformit(Penyesuaian)
Mengatasi rasa kesepian dengan
menghapuskan perbedaan antara diri kita pribadi dengan orang lain.
Perkembangan Kepribadian pada Masa
Kanak-Kanak
Seiring denga perkembanganya, kebebasan
yang diterima anak dari orangtuanya akan meningkat. Namun, semakin anak
mendapatkan kebebasan, dia akan semakin merasa tidak dilindungi. Tiga mekanisme
yang merupakan hubungan interpersonal antara orangtua dengan anaknya yaitu:
a.Simbiotic Relatedness
Mekanisme pada kanak–kanak untuk
memperoleh rasa aman dimana anak–anak tetap dekat dan bergantung pada
orangtuanya. Namun anak tidak pernah mendapatkan kebebasannya, tapi mereka
dapat keluar dari rasa kesendiriannya dengan menjadi orang lain yang ditunjukkan
dengan adanya proses “swallowing” atau “swallowed”.
b.With-drawal Destructiveness
Mekanisme pada masa kanak–kanak untuk
memperoleh rasa aman dimana anak–anak menjaga jarak diri mereka dari
orangtuanya. Perilaku anak bergantung pada perilaku orangtua yang terlalu
memegang kendali pada anaknya.
c.Love
Merupakan bentuk hubungan yang
diharapkan dari anak dan orangtuanya. Suatu bentuk interaksi orangtua anak
dimana orangtua memberi respek serta keseimbangan antara rasa aman dan
tanggungjawab. Kepribadian anak mulai terbentuk pada usia lima tahun tapi
kepribadian ini bukan merupakan kepribadian yang tetap. Pengalaman hidup
selanjutnya dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
Kebutuhan-kebutuhan Psikologis
Menurut Fromm, apa yang penting dalam
mempengaruhi atau membentuk kepribadian adalah kebutuhan psikologis. Semua
manusia didorong oleh kebutuhan–kebutuhan. Orang–orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara produktif. Orang–orang yang sakit
memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara irrasional. Menurut Fromm
ada enam kebutuhan manusia yaitu:
a.Kebutuhan Menjalin Hubungan (Need for
Relatedness)
Merupakan kebutuhan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain, melalui cinta yang produktif. Cinta yang produktif
meliputi perhatian, responsibility (kepekaan), rasa hormat dan pengetahuan.
Dengan mencintai, kita dapat bersama atau saling berbagi dan merasa bahagia
dengan orang lain. Kita dapat menjadi peka dengan kebutuhan mereka dan
menghargai serta mengetahui bagaimana sebenarnya mereka.
Cinta yang produktif dapat diarahkan
kepada orang yang berjenis kelamin yang sama (misalnya cinta diantara saudara,
kakak-adik atau abang-adik), dapat juga kepada yang berlainan jenis (erotic
love), atau bentuk cinta kepada seorang anak (parental love).
Kegagalan dalam pemuasan kebutuhan ini
akan menimbulkan sikap narcissism, yaitu orang yang tidak dapat bersosialisasi
dengan orang lain. Orang-orang tipe ini tidak dapat menerima dunia secara
objektif. Mereka hanya melihat dunia secara subjektif menurut pemikiran,
perasaan, dan kebutuhannya.
b.Kebutuhan untuk Berkarya (Need for
Transcendence)
Merupakan kebutuhan yang muncul untuk
menjadi seorang yang kreatif atau seorang yang perusak. Kebutuhan trasendensi
merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengatasi peranan pasif sebagai
ciptaan karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian oksidental dan watak
eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta
menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupan sendiri.
Cara yang sehat untuk mengatasi keadaan
yang pasif salah satunya adalah dengan berkarya. Jadi, manusia bertindak aktif
dan kreatif untuk menguasai alam. Adapun sisi negatif dari sikap ini adalah
adanya sikap destruktif karena kehilangan kekuatan dan kemampuan untuk
berkreasi, seseorang akan menguasai lingkungan dan merusaknya.
Destruktivitas dan kreativitas keduanya
berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan
potensi utama yang menyebabkan kesehatan psikologis. Destruktivitas hanya
menyebabkan penderitaan objek perusak dan si perusak.
c.Kebutuhan akan identitas (Need for
Identity)
Merupakan kebutuhan untuk menerima
kemampuan dan karakteristik yang unik. Manusia sebagai individu yang unik
membutuhkan perasaan identitas, sesuatu yang menempatkannya terpisah dari orang
lain dalam hal perasaannya tentang siapa dirinya. Cara yang sehat untuk
memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan individualitas, suatu proses dimana
seseorang mencapai perasaan tertentu tentang identitas dirinya. Cara yang tidak
sehat dalam membentuk perasaan identitas adalah menyesuaikan diri dengan
sifat-sifat suatu bangsa, ras dan agama atau yang biasa disebut dengan
konformitas.
d.Kebutuhan untuk Bergantung pada Orang
Lain (Need for Rootedness)
Merupakan kebutuhan untuk merasakan
kedekatan dan rasa memiliki keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kebutuhan ini
muncul karena adanya perasaan terpisah dan merasa kesepian. Menurut Fromm,
kebutuhan berakar ini dapat dicapai dengan cara yang sehat dan tidak sehat.
Cara yang sehat adalah dengan membangun perasaan persaudaraan dengan sesama
umat manusia, yaitu dalam masyarakat. Cara yang tidak sehat adalah memelihara
ikatan masa kanak-kanak dengan ibunya. Orang yang demikian biasanya tidak
sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang pada rasa aman yang diberikan
ibunya.
e.Kebutuhan akan kerangka orientasi
(Frame of orientation and Devotion)
Merupakan kebutuhan akan gambaran yang
konsisten dan koheren akan dunia ini untuk dapat memahami peristiwa dan
pengalamannya. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten
tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua peristiwa dan
pengalaman. Gambaran ini biasanya dibentuk pada masa kanak–kanak, dimana
seorang belajar untuk menggunakan akal dan imajinasi secara efektif untuk
menyelesaikan masalah. Dasar kebutuhan ini dapat berupa rasional framework yang
merupakan pandangan yang objektif dan irrasional framework yang merupakan
pandangan subjektif.
f.Kebutuhan akan Stimulasi (Need for
excitation and stimulation)
Merupakan kebutuhan untuk menstimulasi
lingkungan luar, dimana kita dapat memfungsikan sehingga otak dapat berfungsi
dengan optimal. Otak membutuhkan level stimulasi yang tepat untuk dapat
mencapai kerja yang optimal.
Teori Kepribadian Victor Frankl
Logoterapi, Makna Kehidupan dan
Kepribadian Sehat
Filsafat Logoterapi lahir dari kondisi
yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Suasana
Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri kemanusiaan sampai ke
dasar terendahnya. Manusia tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat
mengambil keputusannnya sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi
totaliter telah merontokkan martabat manusia. Kita bisa melihat karya para
filsuf eksistensialis yang sezaman dengan Frankl, seperti Albert Camus dan Jean
Paul Sartre yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka melihat
kehidupan ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.
Logoterapi berasal dari kata logos yang
telah diadopsi dari bahasa Yunani dan berarti “makna” (meaning) dan juga
“ruhani” (spirituality). Logoterapi ditopang oleh filsafat hidup dan insight
mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi spiritual, selain dimensi
somatis, dimensi psikologis dan dimensi sosial pada eksistensi manusia, serta
menekankan pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi
manusia. Dalam logoterapi dimasukkan pula kemampuan khas manusia, yaitu
self-detachment dan self-trancendence yang keduanya menggambarkan adanya
kebebasan dan rasa tanggung jawab. Karakteristik eksistensi manusia menurut
logoterapi adalah: keruhanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung
jawab (responsibility) (Victor Frankl, “The Cocept of Man in Psychoterapy”,
dalam Proceeding of the Royal Society of Medicine. Vol.47, 1954, hlm.979).
Setiap sistem dan metode psikoterapi
pada dasarnya berlandaskan pada filsafat manusia yang khas. Sebagai contoh
psikoanalisa dan behaviorisme, mazhab psikologi yang paling berpengaruh di
Amerika sampai sekarang-sangat kental dipengaruhi oleh filsafat yang
positivistik tentang manusia. Psikoanalisa dan Behaviorisme melihat perilaku
manusia digerakkan oleh situasi yang deterministik.
Setiap model psikoterapi yang berusaha
mengembalikan kebebasan manusia sebagai sesuatu yang kodrati, pastilah akan
bersinggungan dengan dua mazhab besar diatas. Begitu juga Logoterapi. Frankl
berusaha mengembalikan kebebasan sebagai sesuatu yang berharga bagi manusia.
Filsafat manusia yang mendasari Logoterapi adalah semangat untuk hidup autentik
guna mencapai kebebasan lewat upaya untuk hidup bermakna.
Frank membangun Logoterapi diatas tiga
asumsi dasar yang satu sama lain saling mempengaruhi, yaitu :
1.Fredom of will (kebebasan bersikap dan
berkehendak)
Frankl sangat menantang
pendekatan-pendekatan psikologi/psikiatri yang menyatakan kondisi manusia
dipengaruhi dan ditentukan oleh insting-insting biologis atau konflik masa
kanak-kanak atau sesuatu kekuatan dari luar lainnya. Menurut Frankl meskipun
kondisi luar tesebut mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih
reaksi dalam menghadapi kondisi-kondisi tersebut. Manusia memang tidak akan
dapat bertahan dan mampu menghilangkan kekuatan-kekuatan luar tersebut, tetapi
bebas memilih sikap untuk menghadapi, merepson dang menangani kekuatan
tersebut. Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk
mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan
ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang
akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang
menentukan dirinya sendiri.
2.Will to Meaning (kehendak untuk hidup
bermakna)
Kehendak akan arti kehidupan maksudnya
kebutuhan manusia untuk terus mencari makna hidup untuk eksistensinya. Semakin
individu mampu mengatasi dirinya maka semakin ia mengarah pada suatu tujuan
sehingga ia menjadi manusia yang sepenuhnya. Arti yang dicari tersebut
memerlukan tanggung jawab pribadi karena tidak seorangpun bisa memberikan
pengertian dan menemukan maksud dan makna hidup kita selain diri kita sendiri.
Dan itu merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi untuk mencari dan
menemukannya. Menurut Frankl keinginan untuk hidup yang bermakna ini merupakan
motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan dan memenuhi
tujuan dan arti hidupnya.
3. Meaning of Life (makna hidup)
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk
yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Pada beberapa orang, pencarian
makna hidup bisa berakhir dengan keputusasaan. Keputusasaan dan kehilangan
makna hidup ini merupakan neurosis, dan Frankl menyebut kondisi ini noogenic
neurosis. Sebutan itu bermakna bahwa neurosis ini berbeda dengan yang
disebabkan oleh konfliks psikologis dalam individu. Noogenic neurosis
menggambarkan perasaan tidak bermakna, hampa, tanpa tujuan dan seterusnya.
Orang-orang seperti ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential
vacuum). Tetapi Frankl mengatakan bahwa kondisi tersebut lumrah terjadi di
zaman modern ini. Frankl menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik,
personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan
cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.
Mencari arti dapat merupakan tugas yang
membingungkan, menantang dan menambah tegangan bukan mengurangi tegangan batin,
namun sesungguhnya menurut Frankl, peningkatan tegangan ini adalah prasyarat
untuk kesehatan psikologis. Kaitannya dengan kepribadian, menurut Frankl, suatu
kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah
dicapai dan apa yang harus dicapai dimana orang – orang yang sehat selalu
memperjuangkan tujuan yang akan memberikan arti tersebut.
Ada 3 cara yang dikemukakan oleh
logotherapy untuk menuntun pada pencarian arti kehidupan, yaitu:
1.Dengan memberi kepada dunia lewat
suatu ciptaan / karya.
2.Dengan mengambil sesuatu dari dunia
melalui pengalaman
3.Dengan sikap yang diambil manusia
dalam menyikapi penderitaan.
Ketiga cara tersebut kemudian terkait
dengan tiga sistem nilai dalam pemberian arti kepada kehidupan, yaitu:
1. Nilai – nilai daya cipta; yang
menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan
produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan
suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani
orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
2. Nilai – nilai pengalaman, menyangkut
penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada keindahan
yang ada di alam sekitar atau seni. Menurut Frankl ada kemungkinan memenuhi
arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif,
walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif. Yang menentukan
bukan berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam
tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal –
hal yang kita miliki.
3. Nilai-nilai sikap. Situasi-situasi
yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi dimana manusia tak
mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila dihadapkan dalam
situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah menerima situasi
tersebut. Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut, keberanian dalam
menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita perlihatkan ketika
berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan ukuran terakhir dari pemenuhan
kita sebagai manusia.
Orang-orang yang menemukan arti dalam
kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan yang terakhir untuk
kepribadian yang sehat. Dalam pandangan Frankl dorongan utama dalam kehidupan
adalah bukan diri melainkan arti. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan
hubungan dengan seseorang atau orang lain di luar diri sendiri.
Menurut Frankl, terdapat dua tujuan yang
berorientasi pada diri adalah kesenangan dan aktualisasi diri.
1. Frankl menyatakan semakin banyak kita
dengan sengaja berjuang untuk kesenangan maka mungkin semakin kurang kita
mendapatkannya.
2. Satu-satunya cara untuk
mengaktualisasikian-diri ialah melalui pemenuhan arti di luar diri.
Dari pengalaman hidupnya, Frankl belajar
bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali
kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu
sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara
kita sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata
nasib yang menantikan kita, tetapi bagaimana cara kita menerima nasib itu.
Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk
penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan,
tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus
menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan
dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang
kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
Menurut Frankl, keadaan dimana seorang
individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi noőgenic
neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan
dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan
eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl
adalah lumrah dalam zaman modern.
Menurut Frankl, hakekat dari eksistensi
manusia terdiri dari 3 faktor, yaitu:
1. Spiritualitas. Spiritualitas adalah
suatu konsep yang sulit dirumuskan, tidak dapat direduksikan, tidak dapat
diterangkan dengan istilah – istilah material, meskipun dapat dipengaruhi oleh
dunia material, namun tidak dihasilkan atau disebabkan oleh dunia material itu.
Merupakan suatu konsep yang sulit
dirumuskan namun tidak dapat direduksikan dan tidak dapat diterangkan dengan
bentuk-bentuk yang bersifat material, kendatipun spiritual dapat dipengaruhi
oleh dimensi kebendaan. Namun tetap saja spiritualitas tidak dapat disebabkan
ataupun dihasilkan oleh hal-hal yang bersifat bendawi tersebut. Istilah
spiritual ini dapat disinonimkan dengan istilah jiwa
Manusia tidak dapat didikte oleh
faktor-faktor non-spiritual seperti instink, kondisi spesifik, atau lingkungan
2. Kebebasan. Adanya suatu keadaan
dimana manusia tidak didikte oleh faktor – faktor non spiritual, insting,
warisan kita yang khusus atau kondisi lingkungan.
Kebebasan tidak dibatasi oleh hal-hal
yang bersifat non spiritual, oleh insting-insting biologis, apalagi oleh
kondisi-kondisi lingkungan. Manusia dianugerahi kebebasan oleh penciptanya, dan
dengan kebebasan tersebut ia diharuskan untuk memilih bagaimana hidup dan
bertingkah laku yang sehat secara psikologis.
Individu yang tidak tahu bagaimana cara
memanfaatkan kebebasan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, adalah individu yang
mengalami hambatan psikologis atau neurotis. Individu yang neurotik akan
menghambat pertumbuhan sekaligus pemenuhan potensi- potensi yang mereka miliki,
sehingga akan mengganggu perkembangan sebagai individu secara penuh.
3. Tanggung jawab. Tidak cukup merasa
bebas untuk memilih namun manusia juga harus menerima tanggung jawab terhadap
pilihan tersebut. Logotherapy mengingatkan manusia terhadap tanggung jawab
dengan kalimat berikut, “Hiduplah seolah – olah anda hidup untuk kedua kalinya,
dan bertindak salah untuk pertama kalinya kira – kira demikian anda bertindak
sekarang.”
Dalam pergulatan mencari jawaban atas
eksistensinya, manusia dihadapkan pada paradoks-paradoks, yang mencakup
beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs ketidaksadaran; orientasi diri
vs sesama manusia.
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Erich
Fromm, berpendapat bahwa kita tidak hanya dipengaruhi dan dibentuk oleh
kekuatan naluri biologis kita, seperti yang dikemukakan oleh Fromm. Oleh karena
itu, Fromm mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan
budaya.
Fromm meyakini bahwa konflik pribadi
yang kita alami berasal dari masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga
optimis mengenai kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan
menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh masyarakat
kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial sebagai penentu dari
kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf,
sejarahwan, dan budayawan. Fromm
mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan menawarkan
pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–sifat alami manusia dengan
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Yosephine Arintha Yolanda Simarmata.
2013. Kepribadian Erich Fromm.
http://12088yays.blogspot.co.id/2013/06/kepribadian-erich-fromm.html
Jati Rinakri Atmaja. 2015. Psikoanalisis
Humanistic Erich Fromm.
http://jati-rinakriatmaja.blogspot.co.id/2015/05/psikoanalisis-humanistik-erich-fromm.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar