Senin, Februari 18

TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ERICH FROMM DAN VICTOR FANKL ( sem 5 Reg)



MAKALAH KELOMPOK 6
TENTANG TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ERICH FROMM DAN VICTOR FANKL


NAMA: MUHAMAD ALFIAN NOOR
              HALBI
              JERY HELMI
              FAUZAN ISRSYADILLAH
SEMESTER: 5
MATA KULIAH: PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AZ ZIYADAH
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Segala puji  kami haturkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam, karena atas rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami tentang “Kajian teori kepribadian manusia menurut Erich Fromm”. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dalam naungan iman dan islam.
Penyusunan makalah mengenai “Kajian teori kepribadian manusia menurut Erich Fromm dan Victor Fankl ” ini merupakan tugas kelompok kami dalam mata kuliah Psikologi Kepribadian. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/i yang masih dalam proses pembelajaran, penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik untuk kedepannya.       
Dan tak lupa pula kami haturkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam penyusunan makalah kita ini. Sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu.









BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Fromm mengembangkan system terapi yang dinamakannya psikoanalisis humanistic yang menekankan aspek interpersonal dari hubungan terapeutik. Klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar kemanusiaannya. Terapi harus dibangun melalui hubungan pribadi, komunikasi yang tepat, dan penuh konsentrasi dan kasih sayang. Hal ini akan mengembalikan perasaan klien sebagai manusia yang independen.
Pemikiran Fromm tidak bisa lepas dari latar belakang kehidupannya yang dimulai dari lingkungan keluarga hingga menjadi mahasiswa. Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Max, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic and philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis. Meskipun Fromm dapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik yaitu perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untuk memperoleh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia.
1.2  Rumusan Masalah
2.1  Bagaimana pandangan Erich Fromm tentang manusia?
2.2  Apa pokok-pokok teori Erich Fromm?
2.3  Apa tipe-tipe karakter Erich Fromm?
2.4  Apa prinsip-prinsip teori kepribadian Erich Fromm?
2.5  Apa saja gangguan kepribadian menurut Erich Fromm?



1.3  Tujuan
2.1  Untuk mengetahui Bagaimana pandangan Erich Fromm tentang manusia.
2.2  Untuk mengetahui pokok-pokok teori Erich Fromm.
2.3  Untuk mengetahui tipe-tipe karakter Erich Fromm.
2.4  Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori kepribadian Erich Fromm.
2.5  Untuk mengetahui gangguan kepribadian menurut Erich Fromm.


















BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Pandangan Erich Fromm tentang manusia
Erich  Fromm, seperti Alfred Adler dan Karen Horney, berpendapat bahwa kita tidak hanya dipengaruhi dan dibentuk oleh kekuatan naluri biologis kita, seperti yang dikemukakan oleh Fromm. Oleh karena itu, Fromm mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya .
Penekanan Fromm pada faktor sosial dari kepribadian lebih luas daripada Adler dan Horney. Kita bisa katakan bahwa Fromm mencakup pandangan yang lebih luas pada perkembangan kepribadian dari pada teori–teori lainnya, hal ini disebabkan oleh mengutamakan aspek sejarah. Dia menjelaskan bahwa kita dapat menemukan kejadian–kejadian sejarah pada akar dari kesepian, keterasingan dan terabainya seseorang. Untuk menemukan tujuan dalam hidup, kita perlu menghilangkan perasaan–perasaan terasing dan mengembangkan perasaan saling memiliki. Sebaliknya, meningkatnya kebebasan yang kita dapatkan dapat meningkatkan kesendirian dan keterasingan kita. Terlalu banyak kebebasan bisa menjadi sebuah jebakan sehingga menyebabkan kondisi yang tidak baik, yang mana sebaiknya kita cegah.
Fromm meyakini bahwa konflik pribadi yang kita alami berasal dari masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga optimis mengenai kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh masyarakat kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial sebagai penentu dari kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf, sejarahwan, dan budayawan. Fromm  mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan menawarkan pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–sifat alami manusia dengan masyarakat.
Pandangan Fromm tentang manusia adalah optimistik. Fromm melihat kepribadian sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefenisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu–individu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Karakter seseorang dipengaruhi oleh karakter-karakter sosial, politik, dan  ekonomi masyarakat kita, namun tidak menentukan karakter kita karena setiap orang memiliki kemampuan untuk membentuk karakter kepribadian dan sosialnya sendiri.
Fromm menyatakan bahwa masyarakat yang ideal merupakan keadaan manusia yang tergantung pada manusia lainnya. Hal itu ditandai dengan adanya cinta, persaudaraan, dan solidaritas setiap manusia dalam lingkungan sosial.
Apakah suatu kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.
2.2  Pokok – Pokok Teori Erich Fromm
1.Freedom vs Security: Masalah Dasar Manusia
Dalam buku Fromm yang pertama “Escape from freedom” (1941), menjelaskan pandangannya tentang kondisi manusia: dalam sejarah peradaban Barat yang penduduknya mendapatkan kebebasan yang lebih, mereka menjadi merasa kesepian, terasing dan ketidakberdayaan. Sebaliknya semakin berkurang mendapat kebebasan maka mereka akan merasa lebih aman diterima oleh masyarakat. Fromm memberi contoh orang-orang yang hidup di abad 20 yang menginginkan kebebasan yang lebih besar dari abad lainnya, akan merasa lebih kesepian dan terasing dibandingkan dengan orang-orang dari abad sebelumnya.
Untuk mengerti konteks yang saling berlawanan ini, kita harus menyadari sejarah dari pemerintahan barat, seperti yang disampaikan Fromm. Dia mengawali dengan diskusi tentang evolusi manusia dan mencatat perbedaan antara sifat-sifat alami binatang dengan manusia. Manusia adalah makhluk yang bebas dari mekanisme insting biologis yang menuntut perilaku kebinatangan. Karena kita memiliki kesadaran yang sadar dan kemampuan untuk menguasai alam, sehingga kita tidak sama lagi dengan alam, seperti hewan yang tingkatannya lebih rendah. Fromm menyatakan bahwa orang-orang pada zaman dahulu mencoba untuk keluar dari perasaan terasing dari alam dengan mengidentifikasi diri dengan kelompok atau suku mereka. Saling berbagi mitos, kepercayaan dan ritual kuno. Mereka mendapatkan rasa aman dengan bergabung dalam sebuah kelompok memberikan penerimaan, hubungan dan seperangkat budaya dan aturan.
Namun rasa aman ini tidak bertahan lama, ketika manusia mulai bertumbuh dan berkembang, keinginan mendapatkan kebebasan dan kemandirian mulai muncul. Pada abad pertengahan sebagai abad terakhir dari kebebasan dan stabilitas, seseorang hanya memiliki sedikit kebebasan karena adanya sistem pemerintahan yang menentukan tempat seseorang dalam masyarakat. Walaupun tidak merasa bebas tapi mereka tidak terasing dari orang lain.
Pergolakan sosial pada masa   Renaisans dan Reformasi Protestan mengahancurkan stabilitas keamanan dengan meningkatkan kebebasan individu.Orang – orang mulai memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Kebebasan mereka dibayar dengan hilangnya ikatan sosial yang menjamin rasa aman dan rasa saling memiliki. Hasilnya, mereka merasa terkepung oleh rasa ketidakberartian keraguan mengenai arti hidup mereka.
Menurut Fromm, ada dua pendekatan untuk mengatasi dilema antara keinginan untuk bebas dan kebutuhan akan rasa aman yaitu:
1.Meraih kebebasan yang positif, mencoba mencari ikatan baru dengan orang lain, tanpa melepaskan kebebasan. Kita berhubungan dengan orang lain lewat pekerjaan dan percintaan dengan kemampuan intelektual dan emosional yang kita miliki serta sikap tulus dan terbuka yang kita berikan.
2.Untuk mendapat kembali rasa aman dengan cara melepaskan kebebasan dan meninggalkan sifat individualitas kita. Walaupun cara ini tidak menuntun ke arah perkembangan dan ekspresi diri, tapi akan menghilangkan kecemasan kita akan rasa keterasingan kita.
Mekanisme Fisik untuk mendapatkan rasa aman
Fromm mengatakan ada tiga mekanisme fisik untuk mendapatkan rasa aman yaitu:
a.Authoritarianism(Otoritarianisme)
Menjelaskan perjuangan masochistic atau sadistic. Orang yang masochistic punya perasaan rendah diri dan tidak sebanding dengan orang lain. Karena ini mereka mendapatkan rasa aman dari kesepian dengan tunduk pada perintah orang lain.


b.Destructive (Perusakan)
Menghapuskan objek atau orang lain. Orang yang destructive mengatasi rasa kesepian dan ketidakberdayaannya dengan cara menghancurkan kedua perasaan itu.
c.Automaton Conformit(Penyesuaian)
Mengatasi rasa kesepian dengan menghapuskan perbedaan antara diri kita pribadi dengan orang lain.
Perkembangan Kepribadian pada Masa Kanak-Kanak
Seiring denga perkembanganya, kebebasan yang diterima anak dari orangtuanya akan meningkat. Namun, semakin anak mendapatkan kebebasan, dia akan semakin merasa tidak dilindungi. Tiga mekanisme yang merupakan hubungan interpersonal antara orangtua dengan anaknya yaitu:
a.Simbiotic Relatedness
Mekanisme pada kanak–kanak untuk memperoleh rasa aman dimana anak–anak tetap dekat dan bergantung pada orangtuanya. Namun anak tidak pernah mendapatkan kebebasannya, tapi mereka dapat keluar dari rasa kesendiriannya dengan menjadi orang lain yang ditunjukkan dengan adanya proses “swallowing” atau “swallowed”.
b.With-drawal Destructiveness
Mekanisme pada masa kanak–kanak untuk memperoleh rasa aman dimana anak–anak menjaga jarak diri mereka dari orangtuanya. Perilaku anak bergantung pada perilaku orangtua yang terlalu memegang kendali pada anaknya.
c.Love
Merupakan bentuk hubungan yang diharapkan dari anak dan orangtuanya. Suatu bentuk interaksi orangtua anak dimana orangtua memberi respek serta keseimbangan antara rasa aman dan tanggungjawab. Kepribadian anak mulai terbentuk pada usia lima tahun tapi kepribadian ini bukan merupakan kepribadian yang tetap. Pengalaman hidup selanjutnya dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis
Menurut Fromm, apa yang penting dalam mempengaruhi atau membentuk kepribadian adalah kebutuhan psikologis. Semua manusia didorong oleh kebutuhan–kebutuhan. Orang–orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara produktif. Orang–orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara irrasional. Menurut Fromm ada enam kebutuhan manusia yaitu:
a.Kebutuhan Menjalin Hubungan (Need for Relatedness)
Merupakan kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, melalui cinta yang produktif. Cinta yang produktif meliputi perhatian, responsibility (kepekaan), rasa hormat dan pengetahuan. Dengan mencintai, kita dapat bersama atau saling berbagi dan merasa bahagia dengan orang lain. Kita dapat menjadi peka dengan kebutuhan mereka dan menghargai serta mengetahui bagaimana sebenarnya mereka.
Cinta yang produktif dapat diarahkan kepada orang yang berjenis kelamin yang sama (misalnya cinta diantara saudara, kakak-adik atau abang-adik), dapat juga kepada yang berlainan jenis (erotic love), atau bentuk cinta kepada seorang anak (parental love).
Kegagalan dalam pemuasan kebutuhan ini akan menimbulkan sikap narcissism, yaitu orang yang tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain. Orang-orang tipe ini tidak dapat menerima dunia secara objektif. Mereka hanya melihat dunia secara subjektif menurut pemikiran, perasaan, dan kebutuhannya.
b.Kebutuhan untuk Berkarya (Need for Transcendence)
Merupakan kebutuhan yang muncul untuk menjadi seorang yang kreatif atau seorang yang perusak. Kebutuhan trasendensi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengatasi peranan pasif sebagai ciptaan karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian oksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupan sendiri.
Cara yang sehat untuk mengatasi keadaan yang pasif salah satunya adalah dengan berkarya. Jadi, manusia bertindak aktif dan kreatif untuk menguasai alam. Adapun sisi negatif dari sikap ini adalah adanya sikap destruktif karena kehilangan kekuatan dan kemampuan untuk berkreasi, seseorang akan menguasai lingkungan dan merusaknya.
Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama yang menyebabkan kesehatan psikologis. Destruktivitas hanya menyebabkan penderitaan objek perusak dan si perusak.
c.Kebutuhan akan identitas (Need for Identity)
Merupakan kebutuhan untuk menerima kemampuan dan karakteristik yang unik. Manusia sebagai individu yang unik membutuhkan perasaan identitas, sesuatu yang menempatkannya terpisah dari orang lain dalam hal perasaannya tentang siapa dirinya. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan individualitas, suatu proses dimana seseorang mencapai perasaan tertentu tentang identitas dirinya. Cara yang tidak sehat dalam membentuk perasaan identitas adalah menyesuaikan diri dengan sifat-sifat suatu bangsa, ras dan agama atau yang biasa disebut dengan konformitas.
d.Kebutuhan untuk Bergantung pada Orang Lain (Need for Rootedness)
Merupakan kebutuhan untuk merasakan kedekatan dan rasa memiliki keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kebutuhan ini muncul karena adanya perasaan terpisah dan merasa kesepian. Menurut Fromm, kebutuhan berakar ini dapat dicapai dengan cara yang sehat dan tidak sehat. Cara yang sehat adalah dengan membangun perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, yaitu dalam masyarakat. Cara yang tidak sehat adalah memelihara ikatan masa kanak-kanak dengan ibunya. Orang yang demikian biasanya tidak sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang pada rasa aman yang diberikan ibunya.
e.Kebutuhan akan kerangka orientasi (Frame of orientation and Devotion)
Merupakan kebutuhan akan gambaran yang konsisten dan koheren akan dunia ini untuk dapat memahami peristiwa dan pengalamannya. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua peristiwa dan pengalaman. Gambaran ini biasanya dibentuk pada masa kanak–kanak, dimana seorang belajar untuk menggunakan akal dan imajinasi secara efektif untuk menyelesaikan masalah. Dasar kebutuhan ini dapat berupa rasional framework yang merupakan pandangan yang objektif dan irrasional framework yang merupakan pandangan subjektif.
f.Kebutuhan akan Stimulasi (Need for excitation and stimulation)
Merupakan kebutuhan untuk menstimulasi lingkungan luar, dimana kita dapat memfungsikan sehingga otak dapat berfungsi dengan optimal. Otak membutuhkan level stimulasi yang tepat untuk dapat mencapai kerja yang optimal.
Teori Kepribadian Victor Frankl
Logoterapi, Makna Kehidupan dan Kepribadian Sehat
Filsafat Logoterapi lahir dari kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Suasana Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri kemanusiaan sampai ke dasar terendahnya. Manusia tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat mengambil keputusannnya sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi totaliter telah merontokkan martabat manusia. Kita bisa melihat karya para filsuf eksistensialis yang sezaman dengan Frankl, seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka melihat kehidupan ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.
Logoterapi berasal dari kata logos yang telah diadopsi dari bahasa Yunani dan berarti “makna” (meaning) dan juga “ruhani” (spirituality). Logoterapi ditopang oleh filsafat hidup dan insight mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi spiritual, selain dimensi somatis, dimensi psikologis dan dimensi sosial pada eksistensi manusia, serta menekankan pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai potensi manusia. Dalam logoterapi dimasukkan pula kemampuan khas manusia, yaitu self-detachment dan self-trancendence yang keduanya menggambarkan adanya kebebasan dan rasa tanggung jawab. Karakteristik eksistensi manusia menurut logoterapi adalah: keruhanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility) (Victor Frankl, “The Cocept of Man in Psychoterapy”, dalam Proceeding of the Royal Society of Medicine. Vol.47, 1954, hlm.979).
Setiap sistem dan metode psikoterapi pada dasarnya berlandaskan pada filsafat manusia yang khas. Sebagai contoh psikoanalisa dan behaviorisme, mazhab psikologi yang paling berpengaruh di Amerika sampai sekarang-sangat kental dipengaruhi oleh filsafat yang positivistik tentang manusia. Psikoanalisa dan Behaviorisme melihat perilaku manusia digerakkan oleh situasi yang deterministik.
Setiap model psikoterapi yang berusaha mengembalikan kebebasan manusia sebagai sesuatu yang kodrati, pastilah akan bersinggungan dengan dua mazhab besar diatas. Begitu juga Logoterapi. Frankl berusaha mengembalikan kebebasan sebagai sesuatu yang berharga bagi manusia. Filsafat manusia yang mendasari Logoterapi adalah semangat untuk hidup autentik guna mencapai kebebasan lewat upaya untuk hidup bermakna.
Frank membangun Logoterapi diatas tiga asumsi dasar yang satu sama lain saling mempengaruhi, yaitu :
1.Fredom of will (kebebasan bersikap dan berkehendak)
Frankl sangat menantang pendekatan-pendekatan psikologi/psikiatri yang menyatakan kondisi manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh insting-insting biologis atau konflik masa kanak-kanak atau sesuatu kekuatan dari luar lainnya. Menurut Frankl meskipun kondisi luar tesebut mempengaruhi kehidupan, namun individu bebas memilih reaksi dalam menghadapi kondisi-kondisi tersebut. Manusia memang tidak akan dapat bertahan dan mampu menghilangkan kekuatan-kekuatan luar tersebut, tetapi bebas memilih sikap untuk menghadapi, merepson dang menangani kekuatan tersebut. Manusia harus menghargai kemampuannya dalam mengambil sikap untuk mencapai kondisi yang diinginkannya. Manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan ditentukan oleh lingkungannya, namun dirinyalah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukan terhadap berbagai kondisi itu. Dengan kata lain manusialah yang menentukan dirinya sendiri.
2.Will to Meaning (kehendak untuk hidup bermakna)
Kehendak akan arti kehidupan maksudnya kebutuhan manusia untuk terus mencari makna hidup untuk eksistensinya. Semakin individu mampu mengatasi dirinya maka semakin ia mengarah pada suatu tujuan sehingga ia menjadi manusia yang sepenuhnya. Arti yang dicari tersebut memerlukan tanggung jawab pribadi karena tidak seorangpun bisa memberikan pengertian dan menemukan maksud dan makna hidup kita selain diri kita sendiri. Dan itu merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi untuk mencari dan menemukannya. Menurut Frankl keinginan untuk hidup yang bermakna ini merupakan motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya.

3. Meaning of Life (makna hidup)
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Pada beberapa orang, pencarian makna hidup bisa berakhir dengan keputusasaan. Keputusasaan dan kehilangan makna hidup ini merupakan neurosis, dan Frankl menyebut kondisi ini noogenic neurosis. Sebutan itu bermakna bahwa neurosis ini berbeda dengan yang disebabkan oleh konfliks psikologis dalam individu. Noogenic neurosis menggambarkan perasaan tidak bermakna, hampa, tanpa tujuan dan seterusnya. Orang-orang seperti ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum). Tetapi Frankl mengatakan bahwa kondisi tersebut lumrah terjadi di zaman modern ini. Frankl menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik, personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.
Mencari arti dapat merupakan tugas yang membingungkan, menantang dan menambah tegangan bukan mengurangi tegangan batin, namun sesungguhnya menurut Frankl, peningkatan tegangan ini adalah prasyarat untuk kesehatan psikologis. Kaitannya dengan kepribadian, menurut Frankl, suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara apa yang telah dicapai dan apa yang harus dicapai dimana orang – orang yang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang akan memberikan arti tersebut.
Ada 3 cara yang dikemukakan oleh logotherapy untuk menuntun pada pencarian arti kehidupan, yaitu:
1.Dengan memberi kepada dunia lewat suatu ciptaan / karya.
2.Dengan mengambil sesuatu dari dunia melalui pengalaman
3.Dengan sikap yang diambil manusia dalam menyikapi penderitaan.
Ketiga cara tersebut kemudian terkait dengan tiga sistem nilai dalam pemberian arti kepada kehidupan, yaitu:
1. Nilai – nilai daya cipta; yang menyangkut pemberian kepada dunia, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif. Arti diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
2. Nilai – nilai pengalaman, menyangkut penerimaan dari dunia, diwujudakan dengan menyerahkan diri kepada keindahan yang ada di alam sekitar atau seni. Menurut Frankl ada kemungkinan memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif. Yang menentukan bukan berapa banyak puncak yang kita capai atau berapa lama seseorang tinggal dalam tingkatan pencapaian tersebut namun intensitas yang kita alami terhadap hal – hal yang kita miliki.
3. Nilai-nilai sikap. Situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-siatuasi dimana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi tersebut. Apabila dihadapkan dalam situasi ini maka satu-satunya cara untuk menyikapinya adalah menerima situasi tersebut. Cara bagaiman manusia menerima situasi tersebut, keberanian dalam menahan penderitaan tersebut, kebijaksanaan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana marupakan ujian dan ukuran terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia.
Orang-orang yang menemukan arti dalam kehidupan mencapai keadaan transedensi diri, keadaan yang terakhir untuk kepribadian yang sehat. Dalam pandangan Frankl dorongan utama dalam kehidupan adalah bukan diri melainkan arti. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan seseorang atau orang lain di luar diri sendiri.
Menurut Frankl, terdapat dua tujuan yang berorientasi pada diri adalah kesenangan dan aktualisasi diri.
1. Frankl menyatakan semakin banyak kita dengan sengaja berjuang untuk kesenangan maka mungkin semakin kurang kita mendapatkannya.
2. Satu-satunya cara untuk mengaktualisasikian-diri ialah melalui pemenuhan arti di luar diri.
Dari pengalaman hidupnya, Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Apa yang berarti dalam eksistensi manusia, bukan semata-mata nasib yang menantikan kita, tetapi bagaimana cara kita menerima nasib itu. Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
Menurut Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi noőgenic neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam zaman modern.
Menurut Frankl, hakekat dari eksistensi manusia terdiri dari 3 faktor, yaitu:
1. Spiritualitas. Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan, tidak dapat direduksikan, tidak dapat diterangkan dengan istilah – istilah material, meskipun dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun tidak dihasilkan atau disebabkan oleh dunia material itu.
Merupakan suatu konsep yang sulit dirumuskan namun tidak dapat direduksikan dan tidak dapat diterangkan dengan bentuk-bentuk yang bersifat material, kendatipun spiritual dapat dipengaruhi oleh dimensi kebendaan. Namun tetap saja spiritualitas tidak dapat disebabkan ataupun dihasilkan oleh hal-hal yang bersifat bendawi tersebut. Istilah spiritual ini dapat disinonimkan dengan istilah jiwa
Manusia tidak dapat didikte oleh faktor-faktor non-spiritual seperti instink, kondisi spesifik, atau lingkungan
2. Kebebasan. Adanya suatu keadaan dimana manusia tidak didikte oleh faktor – faktor non spiritual, insting, warisan kita yang khusus atau kondisi lingkungan.
Kebebasan tidak dibatasi oleh hal-hal yang bersifat non spiritual, oleh insting-insting biologis, apalagi oleh kondisi-kondisi lingkungan. Manusia dianugerahi kebebasan oleh penciptanya, dan dengan kebebasan tersebut ia diharuskan untuk memilih bagaimana hidup dan bertingkah laku yang sehat secara psikologis.
Individu yang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan kebebasan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, adalah individu yang mengalami hambatan psikologis atau neurotis. Individu yang neurotik akan menghambat pertumbuhan sekaligus pemenuhan potensi- potensi yang mereka miliki, sehingga akan mengganggu perkembangan sebagai individu secara penuh.
3. Tanggung jawab. Tidak cukup merasa bebas untuk memilih namun manusia juga harus menerima tanggung jawab terhadap pilihan tersebut. Logotherapy mengingatkan manusia terhadap tanggung jawab dengan kalimat berikut, “Hiduplah seolah – olah anda hidup untuk kedua kalinya, dan bertindak salah untuk pertama kalinya kira – kira demikian anda bertindak sekarang.”
Dalam pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.

















BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Erich  Fromm, berpendapat bahwa kita tidak hanya dipengaruhi dan dibentuk oleh kekuatan naluri biologis kita, seperti yang dikemukakan oleh Fromm. Oleh karena itu, Fromm mengemukakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya.
Fromm meyakini bahwa konflik pribadi yang kita alami berasal dari masyarakat yang kita bangun bersama. Fromm juga optimis mengenai kemampuan kita untuk mengembangkan karakter kita dan menyelesaikan masalah kita sendiri – masalah yang diciptakan oleh masyarakat kita. Kita tidak saja menerima imbas dari pengaruh sosial sebagai penentu dari kepribadian kita dan masyarakat. Fromm adalah seorang psikoanalisis, filsuf, sejarahwan, dan budayawan. Fromm  mengumpulkan banyak data diluar jangkauan psikoanalisa dan menawarkan pemahaman yang unik mengenai interaksi antara sifat–sifat alami manusia dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Yosephine Arintha Yolanda Simarmata. 2013. Kepribadian Erich Fromm. http://12088yays.blogspot.co.id/2013/06/kepribadian-erich-fromm.html

Jati Rinakri Atmaja. 2015. Psikoanalisis Humanistic Erich Fromm. http://jati-rinakriatmaja.blogspot.co.id/2015/05/psikoanalisis-humanistik-erich-fromm.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar