PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Dosen Pengampu: Teni Nurrita, M. Pd.
Tentang:
TEORI
KEPRIBADIAN BEHAVIORISME
A. TEORI B. F. SKINNER
B. TEORI I. P. PAVLOV
OlehKelompok
3:
1.
LAILATUN SYARIFAH
2. REGINA AGUSTIN
3. SITI ANIDA
4. YULIA CITRA
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AZ-ZIYADAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah AWT. yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada ilahi rabbi yang
telah memberikan Hidayah dan Taufik-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami harap dapat
dipahami secara mendalam tentang “Teknologi Pendidikan dalam
Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Psikologi Kepribadian, Ibu Teni Nurrita, M. Pd. semoga Allah SWT. senantiasa meridhoi segala
usaha kita semua. Aamiin
Jakarta, 03 November 2018
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar
..........................................................................................................................
i
Daftar Isi
..................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
........................................................................................................
1
A.
Latar Belakang
.............................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah
........................................................................................................
1
C. Tujuan
Pembahasan
......................................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
..........................................................................................................
2
A.
Biografi singkat B. F.
Skinner
......................................................................................
2
B. Manusia
dalam pandangan B. F. Skinner
..................................................................... 3
C. Konsep
utama Behaviorisme
........................................................................................
3
D. Penerapan
Behaviorisme dalam konseling
................................................................... 5
E. Asumsi
dasar
................................................................................................................
7
F. Biografi
singkat I. P. Pavlov ........................................................................................
8
G.
Eksperimen Pavlov
.......................................................................................................
9
BAB III PENUTUP
................................................................................................................
14
Kesimpulan
.............................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kekuatan yang memiliki pengaruh sangat
besar terhadap ilmu psikologi adalah Behaviorisme. Konsep-konsep yang
dikembangkan dalam Behaviorisme sangat berbeda dengan yang lainnya.
Behaviorisme sangat menekankan perilaku yang dilihat dan dapat diukur.
Pada awalnya, konsep behaviorisme
didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Pavlov yang terkenal dengan
teorinya pengondisian klasik (classical conditioning). Behaviorisme atau teori
belajar adalah aliran psikologi yang populer, dan hingga saat ini digunakan
dalam berbagai upaya pengubahan tingkah laku, termasuk dalam kegiatan
pembelajaran formal.
Dalam makalah ini pembahasan mengenai
Behaviorisme akan memfokuskan pada teori yang dikembangkan oleh B. F. Skinner
dan I. P. Pavlov.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pandangan B. F. Skinner mengenai Manusia?
2. Apa
konsep utama Behaviorisme menurut B. F. Skinner?
3. Bagaimana
penerapan Behaviorisme dalam konseling?
4. Apa
saja tiga asumsi dasar menurut Skinner?
5. Bagaimana
Eksperimen Pavlov tentang Behavioisme?
C.
Tujuan
Pembahasan
Untuk
mengetahui dan memahami tentang pandangan B. F. Skinner mengenai Manusia.
Untuk
mengetahui dan memahami tentang konsep utama Behaviorisme menurut B. F.
Skinner.
Untuk
mengetahui dan memahami tentang penerapan Behaviorisme dalam konseling.
Untuk
mengetahui dan memahami tentang tiga asumsi dasar menurut Skinner.
Untuk
mengetahui dan memahami tentang Eksperimen Pavlov tentang Behaviorisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Singkat B. F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret
1904, di kota kecil Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang
pengacara, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga.[1]
Ia dibesarkan dalam lingkungan Kristen
Ortodoks yang biasa bekerja keras.Ia pernah mencoba mengirim beberapa puisi dan
cerita pendek ke berbagai surat kabar. Ketika lulus kuliah, dia membangun
tempat untuk belajar di loteng supaya dapat berkonsentrasi menulis.
Setelah kegiatan menulis artikel di
koran mengenai masalah buruh dia tinggal dan bekerja untuk sementara di
Greenwich Village, New York City sebagai “Bohemian”. Setelah mengikuti beberapa
perjalanan, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan pendidikan, dan kuliah di
Harvard untuk mendapatkan gelar master di bidang psikolog pada tahun 1930,
kemudian gelar doktor pada tahun 1931. Di Harvard ia melakukan riset sampai
tahun 1936. Pada tahun yang sama, ia pindah ke Minnerapolis untuk mengajar di
University of Minnesota. Disana, ia bertemu Yvonne Blue dan kemudian menikah.
Mereka mempunyai dua anak perempuan. Anak kedua terkenal sebagai bayi pertama yang
dibesarkan dalam airbox, salah satu penemuan Skinner, sebuah kotak bermain
dengan sisi kaca dan pendingin ruangan, bentuknya mirip akuarium.
Pada tahun 1945, Skinner menjadi ketua
jurusan psikologi di Indiana University kemudian kembali ke Harvard pada tahun
1948 dan menghabiskan sisa hidupnya. Skinner sangat aktif melakukan riset dan
membimbing kandidat doktor, serta menulis ratusan buku. Meskipun tidak menjadi
penulis fiksi dan puisi yang sukses, ia menjadi salah satu penulis psikologi
terbaik. Buku Walden II yang ditulisnya meruoakan salah satu buku yang
terkenal, berisi kisah fiksi sebuah komunitas yang menjalankan prinsip-prinsip
behaviorisme.
18 Agustus 1990, B. F. Skinner meninggal
dunia karena Leukemia. Ia adalah salah seorang yang sangat terkenal dalam
bidang psikologi dan mungkin setenar Sigmund Freud. [2]
B.
Manusia
dalam pandangan B. F. Skinner
Fokus utama dalam dalam konsep
Behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang
menstimulasinya. Skinner menekankan pentingnya kontrol terhadap perilaku.
Menurutnya, “Jika ilmu pengetahuan dapat menyediakan cara untuk mengontrol
perilaku, kita dapat memastikan dan mengidentifikasi penyebabnya”. Sifat dan
faktor penentu internal lain yang memprediksi dan menjelaskan perilaku bukanlah
mengontrol.
Behaviorisme memandang manusia sangat
mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai
stimulus – respon seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau
melakukan sesuatu apabila ada stimulasi. [3]
C.
Konsep
Utama Behaviorisme
Bagi Skinner, istilah “Kepribadian”
tidak ada, yang ada adalah perilaku, perilaku sepenuhnya dapat dipahami karena
merupakan tanggapan terhadap faktor-faktor dari lingkungan. Skinner menyarankan
agar kita berkonsentrasi pada konsekeunsi lingkungan yang menentukan dan
mempertahankan perilaku individu. Hal ini berarti tidak perlu untuk menempatkan
kekuatan internal atau motivasi dalam diri seseorang sebagai faktor penyebab
perilaku. Skinner tidak menyangkal bahwa kondisi seperti itu terjadi sebagai
produk perilaku. Tetapi, baginya tidak ada gunanya menggunakan kepribadian
sebagai variabel sebab – akibat karena tidak dapat didefinisikan secara
operasional dan intensitasnya tidak dapat diukur. [4]
1. Pengembangan
Perilaku melalui belajar
Skinner
membuat definisi yang sangat sederhana mengenai penguatan. Sesuatu yang
memperkuat menurutnya adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemungkinan
kemunculan perilaku tertentu. Jika seorang anak kecil menangis atau merengek,
ia berharap akan mendapat perhatian dari orang tuanya. Apabila cara tersebut
berhasil, maka ia mendapat penguatan sehingga anak akan mengulang kembali pola
perilaku tersebut. Akan tetapi, jika tidak mendapat penguatan, artinya tangisan
atau rengekannya diabaikan atau tidak mendapat perhatian, maka pola perilaku
tersebut akan berhenti dan anak akan mengembangkan pola perilaku lain supaya
mendapatkan penguatan.
2. Penguatan
Instrumental
Skinner
(1938) membedakan dua jenis perilaku, yaitu responden dan instrumental. Perilaku
responden mengacu pada refleks atau respon otomatis yang muncul karena adanya
rangsangan. Perilaku responden dapat diubah melalui pembelajaran. Perilaku
responden dapat kita lihat pada demonstrasi dalam pengondisian klasik Pavlov.
Anjing Pavlov mengeluarkan air liur karena proses belajar melalui bunyi
lonceng. Bayi belajar mengisap puting ini adalah refleks atau respon otomatis.
Bayi melakukannya karena stimulus netral yang ada sebelumnya melalui proses
asosiasi.
Skinner
percaya bahwa proses pengondisian instrumental jauh lebih penting daripada
pengondisian klasik sederhana. Banyak perilaku yang tidak dapat diperhitungkan
dalam pengondisian klasik. Sebaiknya, perilaku spontan memiliki konsekuensi
dalam frekuensi perilaku berikutnya.
Perbedaan
utama antara perilaku spontan dan perilaku instrumental adalah terletak pada
sumber stimulus. Perilaku responsif terjadi karena adanya stimulus, sementara
perilaku instrumental muncul secara bebas yang dibuat oleh organisme yang
bersangkutan. Sifat penguatan juga berbeda dengan pengondisian klasik, yang
stimulus yang menjadi penguatannya muncul mendahului perilaku. Dengan demikian,
instrumental reinfocement dapat
mengendalikan perilaku.
3. Pembentukan
(Shaping)
Skinner
memperkenalkan Shaping atau metode aproksimiasi. Metode ini merupakan cara
untuk menguatkan suatu perilaku, misalnya pada orang yang mengalami fobia
terhadap hewan tertentu akan diterapi dengan metode aproksimiasi. Tahap awal
metode ini adalah dengan menempatkan hewan yang ditakuti pada jarak tertentu,
secara bertahap diletakan lebih dekat, selanjutnya dibuat variasi dengan
menempatkannya lebih dekat lagi.
4. Rangsangan
Permusuhan
Stimulus
permusuhan adalah kebalikan dari stimulus yang memperkuat. Ia merupakan sesuatu
yang tidak menyenangkan atau menyakitkan. Stimulus permusuhan digambarkan
sebagai bentuk pengondisian yang dikenal sebagai hukuman. Perilaku diikuti
dengan penghapusan suatu hasil rangsangan permusuhan dalam kemungkinan
peningkatan perilaku yang terjadi di masa depan. Perhatikan betapa sulitnya
membedakan bentuk–bentuk penguatan negatif dibandingkan dengan penguatan
positif.
Skinner
tidak menyetujui penggunaan rangsangan permusuhan, bukan karena erika, tetapi
karena mereka tidak bekerja dengan baik. [5]
D.
Penerapan
Behaviorisme dalam Konseling
Beberapa prinsip pengubahan tingkah laku
yang dikembangkan Skinner diaplikasikan dalam pelaksanaan konseling. Bentuk
aplikasi tersebut sebagai berikut:
1. Modifikasi
Perilaku
Modifikasi
perilaku sering disebut sebagai b-mod,
yaitu teknik terapi berdasarkan teori skinner. Caranya adalah dengan memadamkan
perilaku yang tidak diinginkan (dengan menghapus reinforcer) dan menggantinya dengan perilaku yang diinginkan
melalui penguatan. Teknik ini digunakan pada berbagai macam gangguan
psikologis, seperti kecanduan obat-obatan, neurosis, rasa malu, autisme, bahkan
skizofrenia, dan ternyata hasilnya sangat baik terutama untuk anak-anak.
2. Pembanjiran
(Flooding)
Flooding
harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena reaksi emosi yang sangat tinggi
bisa menimbulkan akibat yang membahayakan. Untuk penderita gangguan jantung,
flooding bisa berakibat fatal, meskipun dampaknya sangat luar biasa. Penderita
fobia ketinggian dapat disembuhkan dengan memaksanya naik lift dan berjalan-jalan di atap gedung bertingkat. Penjenuhan (satiation) adalah varian flooding yang
dipakai seseorang untuk mengontrol tingkah lakunya sendiri (self control).
3. Terapi
Aversi
Pada
kontrol diri, pelaksanaan terapi dapat dilakukan oleh individu sendiri.
Sedangkan pada Terapi Aversi, pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh
terapis.
4. Pemberian
Reward / Punishment secara selektif
Strategi
terapi ini untuk memperbaiki tingkah laku anak dengan melibatkan figur di
sekeliling anak sehari-hari, khususnya orang tua dan guru. Terapis meneliti
klien dalam situasi yang alamiah, bekerjasama dengan orang tua dan guru untuk
memberi hadiah ketika anak melakukan tingkah laku yang dikehendaki, dan
menghukum apabila muncul tingkah laku yang tidak dikehendaki. Bentuk hadiah
atau hukuman yang diberikan sebelumnya direncanakan secara teliti dan dipilih
karena memberikan dampak yang paling efektif.
5. Latihan
Keterampilan Sosial
Teknik
ini banyak dipakai untuk membantu penderita depresi. Teori depresi yang populer
memandang depresi sebagai akibat dari perasaan tidak mendapat hadiah
(perhatian) dari lingkungan, mungkin karena tidak memiliki keterampilan untuk
memperolehnya. Kepada penderita diajarkan teknik-teknik khusus dalam
berinteraksi sosial.
6. Kartu
Berharga (Token Economic)
Strategi
kartu berharga pada dasarnya memakai prinsip premack: “Kumpulkan kartu dulu,
nanti (sesudah jumlahnya cukup) kamu boleh / mendapat......”.Teknik ini sering
digunakan di lembaga-lembaga, seperti rumah sakit jiwa, aula remaja, dan
penjara. Aturan-aturan tertentu yang dibuat secara eksplisit dalam lembaga dan
setiap perilaku yang sesuai akan dihargai dengan token, seperti: poker chips,
tiket, uang.
Kelemahan
dari token ekonomi terutama untuk pengubahan tingkah laku orang yang di
penjara: ketika narapidana kembali ke masyarakat, mereka tidak lagi mendapatkan
penguat perilaku seperti yang biasa mereka terima. Sementara untuk pasien
psikosis mungkin akan tetap dilakukan oleh keluarga. [6]
Dengan
demikian, dapat disimpulkan yang utama dalam konsep Behaviorisme adalah
perilaku yang terlibat dari penyebab luar yang menstimulasinya. Skinner
menekankan sangat penting untuk mengontrol perilaku. Behaviorisme memandang
manusia sebagai mekanistik dengan menganalogikan manusia seperti mesin.
Behaviorisme akan menentukan variabel atau kekuatan dari lingkungan yang
mempengaruhi perilaku atas konsekuensi yang akan muncul. Sebuah perilaku
berkembang melalui belajar dari lingkungan dan mendapat penguatan, baik spontan
maupun instrumental.
E.
Asumsi
Dasar
Skinner bekerja dengan tiga asumsi
dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi
pada umumnya, bahkan merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah.
1. Tingkah
laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk
menemukan keteraturan, menunjukan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara
teratur dengan peristiwa lain.
2. Tingkah
laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya
menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu
tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang
memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang
dan menguji prediksi itu.
3. Tingkah
laku dapat di kontrol (Behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan
antisipasi dan menentukan atau membentuk (sedikit-banyak) tingkah laku
seseorang. [7]
Ada dua klasifikasi
tipe tingkah laku:
a. Tingkah
laku Responden (Respondent Behavior); respon yang dihasilkan (elicited)
organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan
respon.
b. Tingkah
laku Operan (Operant Behavior); respon yang dimunculkan (emitted) organisme
tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. [8]
Dalam
memanipulasi tingkah laku, yang penting bukan hanya wujud dari reinforsemennya
tetapi juga bagaimana pengaturan pemberiannya. Reinforsemen yang diadministrasi
dengan cemat memungkinkan kita untuk membentuk tingkah laku.
1) Penguat
Berkelanjutan (Continuous reinforcement); setiap kali muncul tingkah laku yang
dikehendaki diberikan reinforsemen. Kalau reinforsemen dihentikan, tingkah laku
yang dikehendaki itu dengan cepat mengalami ekstinsi dan hilang. Pemberian
penguat dapat diatur, tidak continue tetapi selang-seling, berselang
berdasarkan waktu (interval) atau berdasarkan perbandingan (ratio).
2) Interval
tetap (Fixed interval); adalah pemberian reinforsemen berselang teratur, misalnya
setiap 5 menit. Patukan pada menit yang kelima baru mendapat makanan.
Akibatnya, Merpati lama-lama enggan mematuk sesudah mendapat makanan, dan baru
mematuk sesudah mendekati waktu 5 menit.
3) Interval
berubah (Variable interval); memberi reinformasi dalam waktu yang tidak tentu,
tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan
tetap.
4) Perbandingan
tetap (Fixed ratio); mengatur pemberian reforsemen sesudah respon yang
dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. Merpati mendapat makanan pada (usaha)
patukan yang ke sepuluh, atau ke dua belas, dan seterusnya.
5) Perbandingan
berubah (Variable ratio); memberikan reinforsemen secara acak sesudah 8, 9, 10,
11, 12, kali patukan, dengan rata-rata saa dengan fixed ratio. Ekstinsi pada
rasio, terutama rasio variabel paling lambat terjadi. [9]
F.
Biografi singkat I. P. Pavlov
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan pada tanggal 14 September 1849 di Ryazan,
tempat ayahnya, Peter Dmitrich Pavlov bekerja.Keluarganya
mengharapkannya menjadi pendeta seperti
ayahnya sehingga ia bersekolah di sekolah gereja di Ryazan. Terinspirasi oleh ide-ide progresif yang dikemukakan
oleh para kritikus sastra Rusia tahun 1860-an Pavlov meninggalkan karir agama
dan memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1870 ia masuk dalam fakultas matematika dan fisika untuk
mengambil kursus dalam ilmu alam. Program pertama yang ia hasilkan
bersama dengan rekannya Afanasyev yaitu sebuah karya tentang fisiologi saraf
pankreas. Karya ini secara luas diakui dan dia
dianugerahi medali emas saat itu.
Pada tahun 1875 ia menerima gelar calon ilmu pengetahuan alam, tetapi ia
memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Akademi Medis Operasi, dan
menyelesaikan studinya pada tahun 1879 dan kembali mendapatkan medali emas. Setelah
pemeriksaan kompetitif, Pavlov memenangkan beasiswa di Akademi, dan mendapatkan
posisinya sebagai Direktur Laboratorium Fisiologis di salah satu klinik
terkenal di Rusia, pada tahun 1883 ia menyajikan tesis dokternya yaitu
“Persarafan sentrifugal dari jantung”. Pada 1890 Pavlov diundang untuk mengatur
dan mengarahkan Departemen Fisiologi di Institute of Experimental Medicine dan
iadiangkat sebagai profesor Farmakologi di Akademi Medis Militer.
Setelah itu, pada tahun 1891-1900 Pavlov melakukan sebagian besar
penelitian tentang fisiologi pencernaan. Pavlov merupakan seorang ilmuwan yang
penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya. [10]
G.
Eksperimen
Pavlov
Pavlov
menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau
sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme,
dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia
bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran
mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan
apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang.
Eksperimen
Pavlov:
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan
dari gambar diatas:
1.
Gambar pertama.
Dimana
anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR).
2.
Gambar kedua.
Jika anjing
dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
3.
Gambar ketiga.
Sehingga
dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan
bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur
(UCR) akibat pemberian makanan.
4.
Gambar keempat.
Setelah
perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar
bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan
respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam
ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi
bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa
diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun
ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing
secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka
kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur)
akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov
mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
a.
Stimulus tidak terkondisi (UCS),
suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan
refleks organismik. Contoh: makanan.
b.
Stimulus terkondisi (CS), Suatu
peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak
terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan
dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
c.
Respons tidak terkondisi (UCR),
refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh:
mengeluarkan air liur
d.
Respons terkondisi (CR), refleks
yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh:
keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Kesimpulan
yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi
setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana
refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsangan-rangsangan tak
berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsangan berkondisi. Dengan kata
lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena
mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks,
yaitu refleks wajar (unconditioned refleks) keluar air liur ketika
melihat makanan yang lezat, dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari
(conditioned refleks) keluar air liur karena menerima atau bereaksi
terhadap suara bunyi tertentu.
Dalampercobaan di atas,
kitadapatmendapatkan point – point pentingyaitu :
1)
Penguasaan
(akuisisi), Penguasaanataubagaimanaorganismemempelajarisesuaturesponatauresponbaruberlakubeberapatingkatan.
Jugasemakinseringorganismeitumencoba, lebihkuatpenguasaanberlaku.
2)
Generalisasi
(generalitation), dalameksperimennya, Pavlov
jugatelahmenggunakanlonceng yang berbeda nada, tetapianjingitumasihmengeluarkan
air liur. Inimenunjukkanbahwasesuatuorganisme yang
telahterlazimdengandikemukakansesuaturangsangantakterlazim (RTT sepertilonceng)
jugaakanmenghasilkanresponterlazim (GT = keluar air liur) walau pun
rangsanganituberbedaatauhampirsama (yaitu, nada lonceng yang berbeda). Dengan
kata lain, organismeitudapatmembuatgeneralisasibahwasuara yang
berbedaatauhampirsamamungkindiikutidenganrespon (makanan).
3)
Diskriminasi
(Discrimination), Pavlov jugamendapatibahwaapabiladiamengubah nada
lonceng, anjingitumasihmengeluarkan air liur. Bila nada
loncengitujauhberbedadarilonceng yang asli, anjingtersebuttidakmengeluarkan air
liur. Inimenunjukkanbahwaorganismetersebutdapatmembedakanataumendikriminasiantararangsangan
yang dikemukakandanmemilihuntuktidakbertindakataubergerakbalas. Yaitu,
sesuatuorganismemampuuntukbergerakbalaskesesuaturangsangantetapitidakkerangsangan
yang lain.
4)
Penghapusan (Extinction), jikasesuaturangsanganterlazim
(lonceng) tidakdiikutidenganrangsangantakterlazim (makanan), lama
kelamaanorganismeitutidakakanmelakukanrespon.
Dari eksperimen yang dilakukan
Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.
Demikianlah
maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu
belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam
belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue
(terus-menerus). [11]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas
mengenai konsep dasar kepribadian Behaviorisme maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Fokus utama
dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang
menstimulasinya. Skinner menekankan pentingnya kontrol terhadap perilaku.
2.
Behaviorisme memandang manusia
sangat mekanistik dengan menganalogikan manusia itu seperti mesin.
3.
Untuk menjelaskan bagaimana sebuah
perilaku itu muncul, behaviorisme akan menentukan variabel atau kekuatan dari
lingkungan yang mempengaruhi perilaku tertentu atas konsekuensi yang akan
muncul. Faktor – faktor lingkungan dapat didefinisikan secara spesifik, dapat
diukur, dan ditangani secara empiris.
4.
Sebuah perilaku berkembang melalui
belajar dari lingkungan dan mendapatkan penguatan, baik spontan maupun
instrumental.
5.
Beberapa prinsip pengubahan tingkah
laku yang dikembangkan Skinner diaplikasikan dalam pelaksanaan konseling,
yaitu: modifikasi perilaku, pembanjiran, terapi aversi, pemberian
reward/punishment secara selektif, latihan keterampilan sosial, dan kartu
berhaga (token economic).
Paradigma kondisioning klasik
merupakan karya besar I. P. Pavlov, ilmuan Rusia, yang mengembangkan teori
perilaku melalui percobaannya tentang anjing dan air liurnya. Proses yang
ditemukan oleh Pavlov, diamana perangsang yang asli dan netral atau rangsangan
biasanya secara berulang – ulang dipasangkan dengan unsur penguat, akan
menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral tadi disebut perangsang bersyarat
atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS (Conditioned Stimulus).
Penguatannya adalah perangsang tidak bersyarat, atau US (Unconditioned
Stimulus). Reaksi alami (biasa) atau reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR (Conditioned
Response).
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Alwisol. 2009. Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM Press.
[1] Dede Rahmat Hidayah, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian
dalam Konseling (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 125
[7] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM
Press, 2009), h. 320
[10] Bagus Putra Budiarto,
“Teori Kepribadian Ivan Pavlov,” artikel diakses pada 5 November 2018 dari http://m-belajar.blogspot.com/2014/06/teori-kepribadian-ivan-pavlov.html
[11] Catatan Anak Konseling,
“Teori Kepribadian Ivan Pavlov Classical Conditioning,” artikel diakses pada 5
November 2018 dari http://catatananakkonseling.blogspot.com/2017/04/teori-kepribadian-ivan-pavlov-classical.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar