Kamis, Agustus 9

MODEL PEMBELAJARAN



Model Pembelajaran

Untuk Sem 6 Reguler
Mata Kuliah: Perencanaan Sistem Kependidikan Islam 
 
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu
Pendapat Briggs (1978:23) yang menjelaskan model adalah "seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses" dengan demikian model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran yakni;
 (1) rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakat.
 (2) Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengusaan disiiplin ilmu.
 (3) Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian peserta belajar. (4) model  behaviorism yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku.
Model Classroom Meeting

Ahli yang menyusun model ini adalah William Glasser.
Menurut Glasser sekolah umumnya berhasil membina prilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi. Agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan;
a)      guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam,
b)      guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak prilaku yang tidak bertanggung jawab
c)       siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik.
Model Cooperative Learning

Era global bukan hanya menuntut kualitas kemampuan memecahkan masalah, tetapi juga menuntut kemampuan untuk bekerja sama.
 Model ini dikembangakan salah satunya oleh Robert E. Slavin (Johnson, 1990). Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih.
Beberapa karakteristik pendekatan cooperative learning, antara lain:

1) Individual Accountability, yaitu; bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.

2) Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok

3) Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling keter-gantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.

4) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Langkah-langkahnya:

1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran

2) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok kecil

3) Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.

4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.
Model Integrated Learning

Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas.
Rancangan pembelajaran terpadu secara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut.
Ciri-ciri pembelajaran terpadu:

1) Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi/pokok bahasan sekaligus untuk memahami fenomena dari segala sisi.

2) Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.

3) Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, yang tidak secara langsung dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Prinsip untuk menggali tema:

1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak bidang studi/pokok bahasan.

2) Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi pembelajar

3) Tema dipilih juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar

4) Tema harus bermakna artinya yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
Model Constructivist Learning

Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
 Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Dan akhirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993:24, Driver & Leach, 1993:104).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran konstruktivisme adalah:
1) Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
2) Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on
3) Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual
4) Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif
5) Mengutamakan terjadikan interaksi sosial
Alur Model Pembelajaran Konstruktivisme

Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas.
Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemu-kan konsep melalui pengumpulan,

Tahap ketiga, siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.

Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.
Model Inquiry Learning

Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu: (a) merumuskan masalah, (b) merumuskan hipotesis, (c) mendefinisikan istilah (konseptualisasi), (d) mengumpulkan data, (e) penyajian dan analisis data, (f) menguji hipotesis, (g) memulai inkuiri baru. James Bank (dalam Suniti, 2001: 58) Selain dari pendapat para ahli di atas mengenai langkah-langkah model inkuiri social, Joyce mengemukakan bahwa langkah-langkah penerapan inkuiri pada pokoknya adalah (a) orientasi, (b) hipotesis, (c) definisi, (d) eksplorasi, (e) pembuktian, (f) generalisasi. (Joyce, 2000: 110)
Langkah-langkah inkuiri sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap pertama
Menetapkan masalah sebagai pokok bahasan yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan dan dibatasi dalam ruang lingkup yang tidak luas

Tahap kedua
Mencari beberapa hipotesis dan merumuskan hipotesis yang diajukan sebagai acuan dalam inkuiri, serta yang dapat diujikan

Tahap ketiga: DefinisiEkspremen,
 Menjelaskan dan menguraikan istilah-istilah yang ada dalam rumusan hipotesis

Tahap keempat :Eksplorasi
Menguji hipotisis dengan logika deduksi,yaitu menghubungkan hipotesis

Tahap ke lima: Pembuktian
Membuktikan hipotesis dengan fakta-fakta
Tahap keenam:
Generalisasi Menyatakan pemecahan yang dapat digunakan
Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum

1) Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa dan Manfaatkan kehidupan siswa, atau “Apakah manfaatnya Bagiku” (AMBAK).

2) Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua siswa.

3) Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai masukan.

4) Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
5) Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan menegas-kan ”Aku Tahu Bahwa Aku Memang Tahu”.
6) Rayakan: Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyele-saian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar