Senin, Agustus 13

Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Sem 4 Intensif)



 Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Untuk Mhs sem 4 Intensif



Zaman Kerajaan Islam ke-1 di Aceh
Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Pasai, berdiri pada abad ke-10 M. dengan rajanya yang pertama Al-Malik Ibrahim bin Mahdum dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah. Ibnu Batutah dari Maroko, mengelilingi dunia dan singgah di kerajaan Pasai pada zaman Al-Malik Al-Zahir menerangkan sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai, sebagai berikut:
a.    Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih mazhab Syafi’i.
b.    Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah.
c.    Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
d.    Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.
Kerajaan Islam yang kedua adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang ke-6 bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin, adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Lembaga tersebut mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, seperti kitab Al-Um karangan Imam Syafi’i. Dari Pasai dan Perlak ini, dakwah Islam disebarkan ke negeri Malaka, Sumatera Barat, dan Jawa Timur.
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H, menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan di luar negeri.
Lembaga-lembaga Negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, di antaranya:
  1. Balai Seutia Hukama, lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli piker dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
  2. Balai Seutia Ulama, jawatan pendidikan yang mengurusi masalah pendidikan.
  3. Balai Jamaah Himpunan Ulama, tempat studi para ualam dan sarjana dalam membahas persoalan-persoalan pendidikan.
Adapun jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut:
  1. Meunasah/Madrasah, berfungsi sebagai sekolah dasar, terdapat di setiap kampung, materi yang diajarkan: menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
  2. Rangkang, masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat termasuk pendidikan, setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah, ada di setiap mukim, materi yang diajarkan: bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung (hisab), akhlak, fiqih, dan lain-lain.
  3. Dayah, setingkat dengan Madrasah Aliyah, ada di setiap daerah Ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, materi yang diajarkan: fiqih (hokum Islam), bahasa Arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata Negara, ilmu pasti, dan faraid.
  4. Dayah Teuku Cik, setingkat dengan perguruan tinggi atau akademi, materinya: fiqih, tafsir, hadits, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata Negara, mantiq, ilmu falaq, dan filsafat.
Zaman Walisongo
Peranan para Wali (Walisongo) dalam penyebaran agama Islam , sangat besar sekali. Agama Islam mampu merebut hati masyarakat.  Walisongo menyebarkan Islam di Jawa, dengan berdirinya kerajaan para wali yaitu kerajaan Demak.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para wali kebanyakan menggunakan media pondok pesantren atau padepokan. Beliau-beliau mengajarkan para santri dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan. Walisongo adalah orang-orang yang tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah dengan keahlian yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada seni budaya, juga ada yang bergerak di dalam pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.
Sejarah Pendidikan Islam Di IndonesiaPada Zaman Penjajahan Belanda
          Zaman VOC (KOMPENI)
Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru, yakni kekuasaan Belanda. Orang-orang Belanda yang mula-mula datang ke Indonesia adalah para pedagang yang tergabung dalam “Vereenigde Oest Indische Compagnie” atau disingkat VOC, yang beragama Kristen Protestan.
Kebijakan pendidikan VOC adalah melanjutkan kebijakan yang telah dimulai oleh orang-orang Portugis, tetapi terutama berdasarkan agama Kristen Protestan.
Untuk keperluan inilah didirikan sekolah-sekolah, terutama daerah-daerah yang telah di-Nasranikan oleh bangsa Portugis dan Spanyol, seperti di Ambon, Ternate, dan lain-lain.
 Pendidikan bagi pribumi yang beragama Islam tidak menjadi soal, karena kelanjutannya sistem-sistem langgar, pesantren dan madrasah berjalan terus.
Sekolah/pendidikan bagi pegawai-pegawai VOC dan pribumi beragama/pemeluk agama Kristen telah diatur oleh pemerintahan VOC.
Kemunduran perusahaan VOC pada akhir abad 18 menyebabkan VOC tidak sanggup dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai pengatur pemerintahan dan masyarakat jajahannya sehingga pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan Hindia-Belanda.
Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang kita kenal dengan nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi seluruh Eropa. Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan kepada pendidikan Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang .
Pertama adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia dibebaskan dari absolutisme Negara dan mengharapkan agar kebebasan, terutama kebebasan ekonomi, dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi seluruh ummat manusia (Liberalisme).
Kedua adalah Pendidikan hendaknya dapat membebaskan manusia, pengajaran harus lepas dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus menyelenggarakannya.
Ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya penerangan (pengajaran) bagi rakyat umum.
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia semakin maju, terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal ini pendidikan yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang kesehatan, pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.
Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang kita kenal dengan nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi seluruh Eropa. Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan kepada pendidikan Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang .
Pertama adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia dibebaskan dari absolutisme Negara dan mengharapkan agar kebebasan, terutama kebebasan ekonomi, dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi seluruh ummat manusia (Liberalisme).
Kedua adalah Pendidikan hendaknya dapat membebaskan manusia, pengajaran harus lepas dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus menyelenggarakannya.
Ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya penerangan (pengajaran) bagi rakyat umum.
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia semakin maju, terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal ini pendidikan yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang kesehatan, pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.
Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah sebagai berikut:
a. Belajar huruf Hijaiyah (alfabeth Arab).
b. Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).
c. Mengaji Al-Qur’an (disebut Al-Qur’an besar).
Setelah kitab-kitab Melayu dilanjutkan mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab, seperti: Dammun, Al-‘Awamil, Al Jurumiyah, Tafsir Jalalain.
Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan Islam di Aceh mulai berkembang, ditandai dengan berdirinya berbagai pondok pesantren. Di pondok pesantren banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fatul Qarib, Fatul Mu’in, dan lainnya. Berikutnya materi di atas dilanjutkan dengan kitab-kitab berbahasa Melayu, seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi, Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai masa pembacaan mulai lahir madrasah,
Pendidikan Islam di Minangkabau
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana. Adapun susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
a.     Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.
b.    Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
–   Nahwu, Saraf, dan Fiqih;
–   Tauhid;
–   Tafsir;
c.     Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.
Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal, yaitu halaqah dan sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan awal permulaan Islam adalah Surau. Pada masa penjajahan Belanda mulai dibuat ruang-ruang berbentuk kelas, dinamakan madrasah.
Pendidikan Islam di Jambi
Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul Samad seorang ulama besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari system halaqah kemudian menggunakan kelas-kelas seperti madrasah modern. Pelajarannya juga begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama kemudian memasukkan ilmu umum yang dibimbing dua guru khusus.
Pendidikan Islam di Jawa Timur
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanda adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1904 M. Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab, kemudian setelah berdiri madrasah salafiyah memasukkan ilmu-ilmu umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-lain.
Pondok Pesantren Tebuireng terdiri atas empat bagian, yaitu: Madrasah Ibtidaiyah (lamanya 6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Mualimin (5 tahun), Pesantren dengan sistem halaqah.
Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada tidak terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H (3 Januari 1926) di Surabaya.
Pendidikan Islam di Jawa Tengah
Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di seluruh pelosok Kudus, antara lain: Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin, Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School, Mahidud Diniyah Al-Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.
Pendidikan Islam di Sulawesi
 Kebanyakan madrasah di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama dari Minangkabau dan Yogyakarta. Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan adalah madrasah Amiriyah Islamiyah di Bone. Mata pelajaran yang diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran umum.
Madrasah Amiriyah Islamiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1.       Ibtidaiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajrakan ilmu agama 50%;
2.       Tsanawiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajarkan ilmu agama 60%;
3.       Muallimin, lama belajarnya dua tahun, diajarkan ilmu agama 80%.
Tokoh yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan Islam di Sulawesi, antara lainadalah Syekh H. M. As’ad bin H. A. Rasyad Bugis. Madrasah yang didirikannya bernama Wajo Tarbiyah Islamiyah yang dikemudian hari berubah menjadi Madrasah As’adiyah.
Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah Najah Wal Falah di Sei Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 M., setelah itu berdiri madrasah Perguruan Islam Assulthaniyah di Sambas pada tahun 1922 M.
Di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda tidak banyak madrasah dan pesantren yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di tanah air Indonesia ini di bagian timur.
Pendidikan Islam di Yogyakarta
Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda banyak didominasi oleh organisasi Muhammadiyah. Diantaranya yang terkenal adalah Kweekschool Muhammadiyah, Mualimat Muhammadiyah, Zuama, Tabligh School, dan H.I.K. Muhammadiyah. Model pendidikannya dengan menggabungkan antara pelajaran umum dengan agama.
Selain Muhammadiyah juga ada pondok pesantren Krapyak.
Pendidikan Islam di Jawa Barat
Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917 oleh Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup berpengaruh adalah PP Gunung Puyuh di Sukabumi.
Pendidikan Islam di Batavia
Madrasah tertua di Batavia adalah Jamiat Kheir yang didirikan tahun 1905. Tingkatan sekolahnya antara lain: tingkat Tahdiriyah (1 tahun), tingkat Ibtidaiyah (6 tahun), tingkat Tsanawiyah (3 tahun), Bagi lulusan terbaik Tsanawiyah bisa melanjutkan ke Mesir atau Mekkah. Madrasah lain yang juga punya andil besar bagi pendidikan Islam adalah madrasah Al-Irsyad yang didirikan pada tahun 1913.
Pendidikan Islam Di IndonesiaPada Zaman Penjajahan Jepang
a).   Pelatihan guru-guru:
Dengan melalui sekolah-sekolah diadakanlah pelatihan guru-guru. Mereka dibebani tugas untuk menyebarkan ideologi baru tersebut. Setiap kabupaten diwajibkan mengirimkan wakilnya untuk digembleng selama 3 bulan, jangka waktu yang dirasa cukup menjepangkan para guru.
b).   Perubahan-perubahan penting:
1. Hapusnya dualisme pangajaran: Berbagai jenis sekolah rendah yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan sama sekali. Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi Sekolah Pertama.
2.    Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar, bahasa Jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adat kebiasaan Jepang harus ditaati.
Pendidikan IIslam pada zaman penjajahan Jepang mengalami hambatan yang cukup besar. JMinangkabau, penjajahan Jepang lebih ringan dibandingkan dengan Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan Islam berkembang cukup pesat di Minangkabau, seperti madrasah Awaliyah.
JJepang banyak melakukan pendekatan-pendekatan kepada umat Islam, hal ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam upaya memenangkan perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh Jepang.
Para Kyai dan ulama yang ditangkap dan diperintah untuk melakukan kerja paksa atau Romusha. Akibatnya dunia pendidikan Islam di Indonesia menjadi terbengkalai, banyak madrasah-madrasah bubar karena murid-muridnya menghindar dari kekejaman Jepang. Ada sedikit keberuntungan bagi madrasah di dalam lingkungan pondok pesantren karena lepas dari pengawasan Jepang.


Sejarah Pendidikan Indonesia ( Sem 4 Intensif)




 Sejarah Pendidikan Indonesia
( Untuk mhs Sem 4 Intensif)

 


Periode Portugis
Portugis datang dengan fungsi ganda: Berdagang dan penyebaran agama
Kehadiran Portugis didampingi oleh misionaris yang mengajak penduduk
Memeluk agama Katolik
Portugis datang dan menetap di Indonesia timur karena tempat rempah-rempah
Yang paling berhasil adalah Ordo Jesuit di bawah kepemimpinan Fransiskus Xaverius.
Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama
Dibuka seminari di Ternate kemudian di Solor.
Portugis makin melemah akibat peperangan raja-raja di Indonesia. Kesempatan ini di pergunakan Belanda untuk menggantikan posisi Portugis
Periode VOC
Kegiatan pendidikan dilakukan di Indonesia bagian timur karena telah ada agama Katolik
Tahun 1607 didirikan sekolah pertama di Ambon untuk anak Indonesia. Tujuan utamanya untuk menggantikan agama Katolik dengan menyebarkan agama Protestan
Tahun 1632 telah ada 16 sekolah di Ambon kemudian 1645 menjadi 33 sekolah dengan 1.300 siswa
Di Jakarta sekolah pertama didirikan tahun 1630 untuk mendidik anak Belanda dan Jawa agar menjadi pekerja yang kompeten pada VOC. Tahun 1706 sekolah terus meningkat dengan jumlah 34 guru dan 4.873 siswa
Sekolah terbuka bagi semua anak tanpa perbedaan kebangsaan
Kurikulum bertalian erat dengan gereja
Tujuan untuk menyebarkan luaskan agama Kristen di Indonesia
Tugas Guru: memupuk rasa takut kepada Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agam Kristen, mengajak anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orangtua, penguasa dan guru-guru
Periode Penjajahan Belanda
Pendidikan bagi Warga Belanda
Europese Lagere School (ELS)
Tujuan utama: mengembangkan dan memperkuat kesadaran nasional di kalangan ketururan Belanda.
ELS menggunakan standar sekolah di negeri Belanda. Kurikulum dan buku yang digunakan sama dengan sekolah di Nederlan. Kurikulum terdiri atas mata pelajaran membaca, menulis, berhitung, Bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi, dan mata pelajaran lain ( diisi dengan bahasa Prancis)
Hogere Burgerschool (HBS)
Sekolah lanjutan ELS yang setaraf dengan SMP dan SMA. Merupakan jalan ke universitas di negeri Belanda
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)
Th 1903 pendirian kursus MULO bagi mereka yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya ke HBS yang dianggap mahal. Lulusannya dapat bekerja di kantor pemerintahan
Th 1914 berubah menjadi sekolah MULO
Pendidikan untuk Bumi Putera
Sekolah kelas satu
Sekolah untuk orang berada di kalangan bumi putera. Kurikulum terdiri dari membaca dan menulis dalam bahasa daerah dalam huruf daerah dan latin, membaca dan menulis dalam bahasa melayu, ilmu alam, sejarah pulau tempat tinggal, menggambar, dan mengukur tanah. Th 1907 Bahasa Belanda dimasukan ke dalam program sekolah kelas satu
Sekolah kelas dua
Dimaksudkan sebagai sekolah rakyat yang memberi pendidikan yang sederhana bagi seluruh rakyat.
Pelajaran yang diberikan: pelajaran membaca dan menulis dalam bahasa melayu dan berhitung
Sekolah Desa
Sekolah ini menggunakan bahsa daerah sebagai bahasa pengantar. Bahasa melayu tidak masuk dalam mata pelajaran. Sekolah ini tidak diharapkan memperluas cakrawala di luar batas desanya
Tujuan Pendidikan pada saat pendudukan Jepang adalah untuk memenangkan perang. Tujuan Pendidikan untuk menyediakan tenaga kasar dan prajurit secara Cuma-cuma
Periode Penjajahan Jepang
Sistem pendidikan Jepang:
  1. Pendidikan Dasar. Lama studi 6 tahun
  2. Pendidikan Lanjutan. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah tinggi dengan lama studi 3 tahun
  3. Pendidikan Kejuruan
  4. Pendidikan Tinggi
Jepang memberikan latihan kepada guru dengan materi:
  1. Indoktrinasi ideologi Hakko Ichu
  2. Nippom Seisyin yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang
  3. Bahasa, sejarah dan adat istiadat Jepang
  4. Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis
  5. Olahraga dan nyanyian Jepang
Untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan setiap murid untuk:
  1. Menyanyikan lagu Jepang setiap pagi, mengibarkan bendera Jepang, Menghormati kaisar Jepang
  2. Melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya
  3. Wajib melakukan Taiso, senam Jepang
  4. Melakukan latihan fisik dan militer
  5. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Bahasa Jepang wajib diajarkan.