Jumat, Februari 22

INSTRUMEN ( Sem 5 Intensif)



INSTRUMEN ( Sem 5 Intensif)

Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Jenis instrumen evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      TES
Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
2.      NON TES
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Cara nontes yaitu pengamatan/observasi, wawancara/interview, angket, dan pemeriksaan dokumen
Tes dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a.       Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
Bentuk-bentuk tes tertulis, diantaranya:
1)      Tes objective
Macam-macam tes objective:
a)      Pilihan ganda
b)      Benar-salah
c)      Menjodohkan
d)     Melengkapi
2)      Tes subjective
Macam-macam tes subjektif:
a)      Jawaban singkat
b)      Uraian objektif
c)      Uraian bebes
b.      Tes lisan, yakni tes dimana tester didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dialkukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan juga.
  1. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor). Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya akan semakin kecil. Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:
Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut.
b.      Hubungan antar hal (Sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan.
c. Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
d.      Membaca Diagram, atau tabel
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel.
e.       Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar
Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda:
-          Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat
-          Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain
-          Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
-          Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama
-          Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya
Cara Memberikan Skor:
-          Tanpa Denda
Skor = Banyaknya jawaban yang benar
-          Dengan Denda
2.  Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :
B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
Kelebihan Tes Benar Salah:
-          Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
-          Mudah dalam penyusunannya
-          Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
-          Dapat digunakan berkali-kali
-          Objektif
-          Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
-          Mudah ditebak
-          Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah
-          Reliabilitasnya rendah.
-          Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

3. Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
             Kelebihan:
-          Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem dan penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb.
-          Relatif mudah disusun.
-          Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
-          Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
Kelemahan:
-          Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
-          Untuk menilai ingatan saja.
-          Pengarahan jawaban sering terjadi
-          Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.
Saran Penulisan:
-          Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri
-          Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah
-          Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja
-          Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan jawaban.
Cara Memberikan Skor:
Penskoran pada tes menjodohkan tidak diberikan denda terhadap jawaban yang salah. Skor = Jumlah jawaban benar
4. Tes Isian (Complementary Test)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
             Contoh:
1.      Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
2.      Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran ……………….. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.
Cara Memberikan Skor:
Pada tes ini sulit dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap jawaban yang salah. Maka rumus yang digunakan adalah :
Skor = Jumlah jawaban benar
Petunjuk Penyusunan Tes Objektif
-          Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
-          Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal.
-          Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal.
-          Soal harus sesuai dengan indikator.
-          Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
-          Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
-          Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
-          Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
-          Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
-          Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan
-          Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan
-          Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih.
-          Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar.
-          Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
-          Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.
-          Hindari altenatif-jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah.
Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang kecil.
-          Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal.
-          Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang lain.
-          Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda;
-          Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama;
-          Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecil atau secara kronolis
-          Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama.
.    Ketepatan penggunaan Tes Objektif
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.
Ketentuan Pokok:
-          Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-kali
-          Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunai reliabilitas yang tinggi).
-          Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif dapri pada tes bentuk uraian.
-          Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menyusun test
Kelebihan dan kelemahan Tes Objektif
1.      Kelebihan
-          Penilaiannya yang sangat objektif: Sebuah jawaban hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah.
-          Toleransi di antara salah dan benar tidak diberikan karena tingkat kebenarannya bersifat mutlak.
-          Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama.
-          Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah prestasi yang hendak diukur (representatif).
-          Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci.
-          Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar
-          Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan pelajaran.
-          Tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
-          Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran.
-          Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.
-          Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang kompleks (evaluasi).
Kelemahan
-          Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tinggi.
-          Peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi.
-          Penyusunan tes sukar dan memerlukan waktu yang cukup banyak
-          Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan kemampuan ilmiahnya
-          Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
-          Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka
-          Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak
   Kelebihan dan kelemahan Tes Subjektif/Tes Uraian
1.      Kelebihan
-          Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-          Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-          Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya.
2.      Kelemahan
-          Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-          Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif).
-          Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-          Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.
Bentuk-bentuk non tes:
a.       Pengamatan
Pengertian observasi menurut Anas Sudijono adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
b.      Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan serata tujuan yang telah ditentukan
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1)      Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview).
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview)
c.       Angket
Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.
d.      Pemeriksaan dokumen
       Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes)
       Dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya.
       Dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
       Beberapa informasi, pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar