Kamis, November 22

Fungsi Kepribadian dan Fenomenologi



Fungsi Kepribadian dan Fenomenologi

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
• Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
• Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
• Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
• Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
• Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
• Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian :
a. Kepribadian yang sehat
        Mampu menilai diri sendiri secara realisitik;menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan
       Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
       Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
        Menerima tanggung jawab;  mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
        Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
       Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
       Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
        Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
        Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
        Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
        Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang
b. Kepribadian yang tidak sehat
        Mudah marah (tersinggung)
        Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
        Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
        Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
        Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
        Kebiasaan berbohong
        Hiperaktif
        Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
        Senang mengkritik/mencemooh orang lain
        Sulit tidur
        Kurang memiliki rasa tanggung jawab
        Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
        Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
        Pesimis dalam menghadapi kehidupan
       Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

fenomenologi
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya, yang didalam bahasa Indonesia disebut gejala. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang mebicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Hadiwijoyo, 2002).
Fenomenologi adalah ilmu dalm bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Pendekatan fenomenologi dari Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita secara subyektif.
 Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, bahwa hakekat terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri.
Carl rogers terkenal berkat metode terapi yang dikembangkannya, yaitu tak mengarahkan atau terapi berpusat pada klien.
 Rogers adalah orang pertama yang melibatkan peneliti ke dalam sesi terapi. Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya
Teori fenomenologis Rogers yaitu realitas setiap orang akan berbeda-beda tergantung pengalamannya,yaitu pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman tersebut dinamakan fenomenal field. Rogers menerima self dari lapangan fenomena tersebut.
Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda, tergantung bagaimana individu tersebut menyikapinya.
Rogers memandang masa lampau akan mempengaruhi masa  sekarang sehingga berdampak pada masa depan.
Pengalaman tersebut akan membentuk konsep/struktur self  yaitu angapan dirinya berbeda dengan orang lain. setiap pengalaman akan diseleksi menurut struktur self ada yang diterima dan ada pula yang ditolak,penolakan tersebut sebagai upaya mempertahankan konsep self yang telah ada dan pada setiap manusia yang tidak ingin dia ubah..
Fenomenologi dalam arti luas adalah suatu filsafat yang berpegang pada motto Husserl ”kembali kepada berbagai hal itu sendiri”, yang bisa diartikan sebagai deskripsi yang bisa dipercaya dan tidak menyimpang tentang kesegaran kesadaran.
Fenomenologi pada prinsipnya adalah suatu metode:
1)      intuisi langsung sebagai sumber utama pengetahuan,
2)       studi intuitif atas esensi-esensi.
Metode ini diambil oleh berbagai orientasi filosofis yang secara bersama disebut gerakan fenomenologi. Gerakan ini dirintis oleh Franz Brentano (1836-1917), dan dilanjutkan serta didirikan oleh Edmund Husserl (1859-1938).
Metode fenomenologis terdiri dari pengujian terhadap apa saja yang ditemukan dalam kesadaran atau dengan kata lain, terhadap data atau fenomena kesadaran.
Sasaran utama metode fenomenologis bukanlah tindakan kesadaran, melainkan obyek dari kesadaran, umpamanya, segenap hal yang dipersepsi, dibayangkan, diragukan, atau disukai.
Tujuan utamanya adalah menjangkau esensi-esensi hal-hal tertentu yang hadir dalam kesadaran.
Metode fenomenologis terdiri dari pengujian terhadap apa saja yang ditemukan dalam kesadaran atau dengan kata lain, terhadap data atau fenomena kesadaran.
Sasaran utama metode fenomenologis bukanlah tindakan kesadaran, melainkan obyek dari kesadaran, umpamanya, segenap hal yang dipersepsi, dibayangkan, diragukan, atau disukai.
Tujuan utamanya adalah menjangkau esensi-esensi hal-hal tertentu yang hadir dalam kesadaran.
Metode fenomenologis dipraktekkan dengan cara yang sistematis, melalui berbagai langkah atau teknik

Menurut penafsiran dan terminologi Spiegelberg, deskripsi fenomenologis dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu:
1.    Mengintuisi, artinya mengonsentrasikan diri secara intens atau merenungkan fenomena yang ada.
2.    Menganalisis, yaitu menemukan berbagai unsur atau bagian-bagian pokok dari fenomena yang ada dan bagaimana hubungannya dengan berbagai hal yang ada.
3.    Menjabarkan, adalah menguraikan fenomena yang telah diintuisi dan dianalisis, sehingga fenomena itu bisa dipahami oleh orang lain.
Istilah fenomenologi psikologis menunjuk pada fenomenologi sebagai metode yang diterapkan pada masalah-masalah psikologis atau digunakan pada penyelidikan taraf psikologis
Fenomenologis psikologis adalah suatu prosedur yang lebih terbatas dan spesifik, yang dirancang untuk mengeksplorasi kesadaran dan pengalaman manusia yang segera atau langsung.
Fenomenologi psikologis bisa juga didefinisikan sebagai observasi dan deskripsi yang sistematis atas pengalaman individu yang sadar dalam situasi tertentu.
Karl Jaspers mendefinisikan fenomenologi psikologis sebagai deskripsi yang paling lengkap dan cermat mengenai apa yang dialami oleh orang yang sehat ataupun orang yang sakit.
Pengeksplorasian kesadaran menunjuk baik pada tindakan-tindakan maupun pada isi-isi kesadaran dengan obyek-obyek dan makna-makananya.
Data fenomenal yang dieksplorasi mencakup persepsi-persepsi, perasaan-perasaan, ingatan-ingatan,  gagasan-gagasan, dan berbagai hal lainnya yang hadir dalam kesadaran.
Semua data fenomenal itu diterima dan dideskripsikan sebagaiana adanya, tanpa pengandaian-pengandaian atau transformasi-transformasi.
Pada perkembangannya fenomenologi memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi psikologi, dimana psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan atau orientasi dalam psikologi yang terdiri dari eksplorasi tak berbias atas kesadaran dan pengalaman.
Fenomena diintuisikan, dianalisis, dan dideskripsikan sebagaimana fenomena itu hadir dalam kesadaran tanpa praduga-praduga.
Fungsi psikologi fenomenologi bukanlah menggantikan gerakan-gerakan atau orientasi-orientasi psikologi lain, melainkan melengkapinya.
Diantara tokoh-tokoh psikologi fenomenologi adalah: Fenomenologi eksperimental: Aliran-aliran Gottingen dan Wurzburg, David Katz, aliran Gestalt, Albert Michotte, Orientasi teoritis: Maurice Merleu-Ponty, F.J.J. Buytendjik, dan lain-lain.
Pada awalnya psikologi fenomenologi berkembang di Eropa, kemudian berkembang di Amerika yang diawali dengan kedatangan para sarjana imigran Eropa yang melarikan diri ke Amerika karena mendapat tekanan dari Nazi Jerman. Mereka datang ke Amerika dengan membawa aliran Gestalt, filsafat fenomenologi, dan pendekatan eksistensial.
Para ahli psikologi dan filusuf kelahiran kelahiran Eropa seperti Kurt Goldstein, Erwin Straus, dan Aron Gurwitsch adalah para pelopor berdirinya psikologi fenomenologi di Amerika. Sumbangan dari psikologi fenomenologi diantaranya: persepsi, teori dan penelitian kepribadian, dan klinis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar