Kamis, November 22

Dinamika kepribadian



Dinamika kepribadian

(Untuk Semester 5 Reguler)
Faktor-faktor penentu dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud:
       Insting
Perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut kepuasan adalah pengertian dari insting.
Secara kuantitatif insting merupakan enerji psikik yang menggerakkan proses kepribadian. Energi ini dapat ditelusuri kejelasannya melalui:
(1)     sumber (source), merupakan kondisi jasmaniah atau kebutuhan;
(2)     tujuan (aim), yaitu usaha untuk mengembalikan ke keadaan tenang sebelum munculnya insting, bersifat konstan, regresif, dan konservatif;
(3)     objek (object), adalah sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya
(4)     daya dorong (impetus), yakni kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu.
Ada dua jenis insting yaitu  insting hidup (eros) dan insting mati (tanatos).
  •  Insting jenis pertama berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan
  •  sedangkan insting kedua adalah dorongan untuk menghancurkan yang ada pada setiap tubuh manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, sadisme, perang, dan lain sebagainya.
  • Distribusi dan Pemakaian Energi
Ilmu Fisika sangat berhasil dalam abad sembilan belas, dan Freud sangat dipengaruhi  oleh ahli fisika Jerman, Hermann von Helmholtz, yang berpendapat bahwa peristiwa fisiologis juga dapat dijelaskan oleh prinsip yang sama.
 Freud sangat terkesan dengan prinsip kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi dapat diubah namun tak dapat diciptakan ataupun dihilangkan. Selain itu Freud menyatakan bahwa manusia juga merupakan sistem energi tertutup. Dalam tiap diri individu terdapat energi psikis yang disebut Libido (nafsu).
Penyerahan energi dari Id ke Ego dan Superego akan memicu hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dan kekuatan penahan (antikateksis) yang akan menentukan dinamika kepribadian seseorang. Di sinilah peran Ego dimainkan, dengan energi yang dimilikinya ia harus mengatur kepribadian secara bijaksana, melakukan pengecekkan kepada Id dan Superego serta menangani dunia eksternal. Individu memiliki peran Ego yang dominan selaras adalah salah satu tanda jiwa yang sehat.
Namun jika Ego lemah dalam mengatur konflik kejiwaan individu tersebut, ia akan menimbulkan perilaku yang abdormal. Contohnya saat Id terlalu mendominasi kepribadian individu akan menyebabkan individu tersebut terlalu cepat bertindak tanpa berpikir dan semaunya sendiri. Sama halnya jika yang terjadi adalah kekuatan Superego yang terlalu kuat akan menjadikan individu tersebut terbelenggu oleh aturan moral dan karena kekuatan ego ideal yang menerapkan standar yang tinggi, individu akan merasa terhambat dan gagal – hingga depresi.
       Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah perasaan yang tergeneralisasi atas ketakutan dan kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan suatu peringatan akan terjadinya suatu bahaya atau pengalaman psikologis yang penuh rasa nyeri
Terdapat 3 jenis kecemasan yaitu:
a.    Kecemasan realitas (reality anxiety), cemas yang didasarkan adanya objek atau ancaman nyata yang menakutkan dari dunia luar. Kecemasan ini adalah tonggak awal lahirnya kecemasan neurotic dan kecemasan moral.
b.    Kecemasan neurotis (neurotic anxiety), cemas yang timbul dari ketakutan memperoleh hukuman yang diyakini jika pemuasan Id dilakukan dengan cara sendiri, padahal hukuman tersebut belum tentu diterimanya. Jika mengalami kecemasan ini maka akan menimbulkan distress, panik, hingga tak dapat membedakan antara khayalan dan realita.
c.    Kecemasan moral (moral anxiety), cemas yang dirasakan saat tindakan-tindakan baik yang nyata maupun yang dipikirkan bertentangan dengan Superego sehingga menimbulkan perasaan bersalah. Pada kecemasan ini individu masih mampu berpikir realistik karena pengaruh besar Superego.
       Mekanisme Pertahanan
Seringkali Ego tak dapat mengambil tindakan penyelesaian yang rasional dan memadai, sehingga individu menciptakan penggantinya berupa tindakan irrasional yang disebut mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanism). Tindakan ini hanya tindakan palivatif saja (tidak tuntas, tidak sesuai kenyataan). Hal yang paling penting dalam mekanisme pertahanan diri adalah konsep ketidaksadaran, karena itu proses penanggulangannya tidak rasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar