Selasa, Desember 4

PRINSIP-PRINSIP UMUM EVALUASI




 (Sem V Intensif)

 PRINSIP-PRINSIP  UMUM  EVALUASI
 
1. Kontinuitas.
                       Evaluasi harus dilakukan secara kontinu. Hasil evaluasi harus dihubungkan dengan hasil waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang j elas dan berarti tentang perkembangan siswa. Perkembangan siswa harus di lihat dari dimensi proses bahkan dimensi  input.
 2. Komprehensif .
                      Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek. Guru harus mengambil seluruh obyek sebagai bahan evaluasi. Contoh, jika obyek evaluasi adalah siswa, maka seluruh kepribadian siswa harus dievaluasi baik mengenai kognitif, afektif maupun psikomotor.
 3. Adil dan objektif.
                    Semua siswa harus diberlakukan sama. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan bukan hasil manipulasi atau rekayasa. Jadi guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
 4. Kooperatif.
                    Dalam kegiatan evaluasi guru harus bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua siswa, sesame guru, kepala sekolah, siswa . Hail ini dimaksudkan agar semua pihak merasa dihargai.
 5. Praktis.
                  Praktis berarti mudah digunakan ,baik  oleh guru yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu perlu diperhatian bahasa dan petunjuk mengerjakan soal. 


Sebagai suatu program,evaluasi pembelajaran dibagi lima jenis, yaitu :
    1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan.
               Evaluasi ini diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran utama adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran. Permasalahan yang disoroti mengenai kelayakan dan kebutuhan. Hasil evaluasi dapat meramalkan kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum program disusun dan dikembangkan.
    2. Evaluasi monitoring.
                Evaluasi itu dimaksudkan untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif dan apakah program pembelajaran terlaksana sebagaimna mestinya.
3. Evaluasi dampak.
              Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan
           kriteria keberhasilan sebagai inikator ketercapaian tujuan program pembelajaran.
 4. Evaluasi efisiensi-ekonomis.
             Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran. Untuk itu diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga danwaktu yang diperlukan dalam suatu program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
  5. Evaluasi program komprehensif.

 
                        Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh, seperti perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat keefektifan dan   efisiensi. Dalam model evaluasi dikenal dengan educational systems evaluation model.
Evaluasi proses dan hasil belajar dibagai menjadi empat jenis yaitu :
(1)    penilaian formatif.  Penilaian ini dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung untuk memberikan balikan (feedback) bagi penyempurnaan program pembelajaran, untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikn sehingga hasil belajar siswa dan proses pembelajaranguru menjadi lebihbaik soal-soal evaluasi formatif terdapat yang mudah dan sukar tergantung dari tugas-tugas belajar dalam program pembelajaran yang dinilai;
(2) evaluasi sumatif. Istilah smatif berasal dari kata sum berarti total obtained by adding together items, nembers or amounts. Evaluasi sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran yang dianggap selesai. Dengan demikian ujian akhir semester dan UAN termasuk evaluasi sumatif Evaluasi ini dimaksudkan untuk  mengetahui apakah siswa  sudah dapat menguasai standar kompetensi yan telah ditetapkan  atau belum , untuk meentukan nilai berdasarkan tingkat hasil belajar siswa selanjutnya dipakai sebagai angka rapor.
(3) evaluasi penempatan. Evaluasi penempatan dibuat sebagai pretes. Tujuan utama adalah untuk mengetahui apakah siswa telah memeiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan sejauhmana
siswa telah menguasai kompetensi dasar yang tercantum dalam silabi dan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP),
(4) evaluasi diagnostic. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil evaluasi formatif. Evaluasi diagnostic memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi siswa. oal tersebut bervfariasi dandifokuskan pada kesulitan Evaluasi ini dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajagi pengetahuan dan keterampilan yang telahdikuasai oleh siswa. Dengan kata lain apakah siswa sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Evaluasi diagnostic disebut test of entering behavior. 

Adapun fungsi utama evaluasi sumatif adalah
(1)    untuk menentukan nilai akhir siswa dalamperoede tertentu. Contoh nilai ujian akhir semester;
(2)     untuk memberikanketerangan tentang kecakapan atau keterampilan siswa dalam periode tertentu,
(3)    untuk memperkirakan berhasil tidaknya siswa dalam pelajaran berikutnya yang lebih tinggi 

Teknik penilaian yang dapat digunakan antara lain:
1. Tes kinerja dapat digunakan untuk berbagai bentuk sperti tes ketersmpilan tertulis, tes identifikasi,ttes simulasi,.Melalui tes ini peserta didik mendemonstrasikan unjuk kerja sebagai perwudujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
2. Demonstrasi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
3. Observasi. Teknik ini dilakukan secara formal dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik  dan dilakukan secara informal oleh pendidik tanpa menggunakan instrument.
 4. Penugasan. Teknik dilakukan dengan model proyek yang berupa sejumlah kegiatan dirancang , diselesaikan oleh peseta didik di luar kelas dan dilaporkan secara tertulis maupun lisan. Penugasan dapat berbentuk tugas rumah yang harus diselesaikan peserta didik.
 5. Portofolio. Teniki ini dilakukan dengan cara megnumpulkan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu  yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi belajar.
 6. Tes tertulis. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian (essay) maupun obyektif seperti benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan melengkapi.
      7. Tes lisan. Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik. Dalam pelaksanaan pendidik harus    bertatap muka secara langsung dengan peserta didik. Pendidik harus membuat daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
  8. Jurnal yaitu catatan peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran. Jurnal berisikan deskripsi proses pembeljaran termasuk kekuatan dan kelemahan peserta didik terkait dengan kinerja ataupun sikap.
  9. Wawancara yaitu cara untuk memperoleh informasi secara mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan tentang wawasan pengadangan atau aspek kepribadian peserta didik.
  10. Inventori yaitu skla psikologias yang digunakan untuk mengungkapkan sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadpa obyek psikologis ataupun fenomena yang terjadi.
  11. Penilaian diri yaitu teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekuarangan diri dalam berbagai hal.
  12. Penilaian antar teman. Teknik ini dilakukan dengan meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekuarangan teman dalam berbagai hal. Penilaian ini dapat berupa sosiometeri untuk mendapat informasi anak-anak yang favorit dan terisolasi dalam kelompoknya. 


Karateristik instrumen evaluasi pembelajaran  yang baik adalah : (1) valid, (2) reliable, (3) relevan, (4) representative, (5) praktis, (6) deskriminatif, (7) spesifik, dan (8) proposional
   1. Valid,  artinya instrumen betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya alat ukur mata pelajaran IPS, maka alat ukur harus betul-betul mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari IPS. Validitas instrument evaluasi dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurrent validity), validitas isi (content validity), validitas konstruk  (costruct validity)
2. Reliabel, artinya mempunyai hasil yang taat asas. Misalnya seorang guru  mengembangkan instrument tes yang diberikan kepoada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada waktu berbeda ternyata hasilnya sama berarti instrument tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.
 3. Relevan, artinya instrumen  yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kempetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.
4. Representatif, artinya materi instrument harus betul-betul mewakili seluruh materi yang disampaikan.
5. Praktis, artinya mudah digunakan.
6. Dekriminatif, artinya satu instrument harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecilnya Untuk itu dilakukan uji daya pembeda instrument.
7. Spesifik, artinya suatu instrument disusun dan digunakan khusus untuk obyek yang dievaluasi.
8. Proporsional, artinya suatu instrument harus  miliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah.

Minggu, November 25

Kuiz mata kuliah psikologi kepribadian



Kuiz mata kuliah psikologi kepribadian
Contoh kasus yang berhubungan dengan psikoanalisa di kehidupan sehari-hari
Ada seorang anak perempuan bernama Raisya berumur 8 tahun masih duduk di kelas 3 SD. Setiap hari senangnya jajan.  Apalagi kalau sedang dirumah,  selalu ingin membeli jajanan  yang lewat di depan rumah seperti baso, es cream, mainan dan lainnya. Karena Raisya ini  gendut dan mudah sakit kalau jajan sembarangan sehingga dibatasi  jajan oleh ibunya. Tetapi namanya juga anak kecil pasti Raisya akan berusaha untuk mendapatkan  sesuatu yang diinginkannya.  
Pertanyaan:
Buat analisa dari contoh kasus diatas
Bagaimana sikap Raisya dalam mencapai keinginannya apabila dihubungkan dengan sistem Id, Ego dan Super ego?
Bagaimana cara orangtua untuk memberi pengertian kepada anak supaya bisa mengerti larangan yang diberikan kepada anak?

Kamis, November 22

Evaluasi Pendidikan



Evaluasi Pendidikan

(Untuk sem 5 Intensif)

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk
Penilaian bersifat kualitatif
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas yaitu mengukur dan menilai
Menurut Hamalik (1993:2) mengatakan pengukuran dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang sesuatu yang diukur. Informasi itu akan membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan yang pada gilirannya berguna untuk mementukan tindakan yang akan dilakukan
  Silverius (1991 :6) mengatakan  pengukuran adalah suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang  sedemikian seingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur.
Arikunto (2001:3) mengatakan mengukur adalah memambandingkan Sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Kerlinger (Purwanto ,2011 : 2) mengatakan pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerangkan angka menurut system aturan tertentu
Hokins dan Antes (Purwanto, 2011 : 2) mengemukakan, bahwa pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukkan perbedaan dalam jumlah.
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakukan (Depdiknas,  dalam  Jihad dan  Haris, 2008 :54)
Groundlund (Jihad dan Haris, 2008:54) mengatakan penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisisan dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. 
 Jihad dan Haris  (2008 : 55) mengatakan penilaian adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan sesuatu kriteria tertentu proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan Judgement. (judgement merupakan tema penilaian yang mengaplikasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu), jadi penilaian adalah  hasil dari suatu kegiatan belajar yang dicapai siswa  berdasarkan kriteria.
Purwanto (2011:4) mengatakan penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria yang ditetapkan. 
 Worthen dan Sunders (Seels dan Richey. 1994:92) mengatakan, bahwa penilaian suatu bentuk penelitian yang manfaatkan sarana penelitian untuk memperoleh cara yang nantinya dapat  dimanfaatkan oleh para teknolog pembelajaran dalam membuat keputusan yang kompleks.
Menurut Anastasi (Sudijono, 2001 : 66) mengatakan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar obyektif,  sehingga dapat digunakan  meluas serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Berikutnya  Cronbach ( Sudijono, 2001: 66) mengatakan tes merupakan suat prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.
Goodenough mengemukakan tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan lainnya.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok
tujuan evaluasi dalam pembelajaran adalah meliputi
(a)    untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar,
(b)    untuk memperbaiki, dan menyempurnakan kegiatan guru,
(c)     untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan  program belajar mengajar,
(d)   untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
(e)   untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Adapun fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat fungsi, yaitu
(a)  formatif, evaluasi dapat memberikan unpan balik bagi guru sebagai  dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari,
(b) sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
(c) diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang mengalami kesulitan belajar,
 (d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perpespektif  hasil belajar
  Bloom dkk (Arifin, 2011:  20) mengatakan hasil belajar dikelompokkan ke  dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
Domain kognitif ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu
(1)    pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, menyatakan;
(2)    pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk memamahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkan. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni menenrjemahkan, menafsirkan dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang digunakan mengubah, memepertahankan, membedakan,memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh;
(3)    penerapan yaitu jenjang kemampuan yang menunutut siswa untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori . kata kerja operasional yang digunakan antara lian mengubah, menghitung, mendeminstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan, memanipulasikan, memecahkan, menggunakan;
(4)    . analisis yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsr unsur atau kmponene. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsure, analisis hubungan dan analisis pronsisp-prinsip yang terorgansisir. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara lain mengurai, membuat diagram, memisahkan, menggambarkan kesimpulan;
(5)     sintesis  yaitu jenjang kemampuna yang menunutut siswa menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menghubngakn berbagai factor. Hasil yang diperoleh berupa tulisan, rencana. dan mekanisme. Kata kerja operasional  yang digunakan antara lain menggolongkan, mengagabungkan, memmodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, menyusun, merevisi, menyimpulkan.;
(6)    evaluasi yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaaan, pernyataan atau konsep berdasarkan criteria. Pendapat Bloom yang dikutip Anderson dan Krathwohl  mengatakan, bahwa ranah kognitif mencakup enam aspek yaitu mengingat, mengerti, menggunakan, menganalisis, menilai dan mencipta.
Domain afektif yaitu sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan   batiniah dan terjadi  bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku
Doamin afektif terdiri atas 4 jenjang kemampuan yaitu ;
 (1) kemauan menerima yaitu jenjang kemampuan menunutut siswa untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu,
(2) kemauan menanggapai/menjawab yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk peka terhadap fenomena, dan bereaksi terhadap salah satu cara.;
(3) menilai yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten; dan
(4) organisiasi yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu  sistem nilai.
Domain psikomotor  yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagian mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan kompleks. Perubahan pola gerakan menggunakan waktu 30 menit.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesai dengan kelompok keterampilan yaitu :
(1)    muscular or motor skill meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkkan, menampilkan,
(2)     manipulation of materials or objects meliputi : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser;
(3)     neuromuscular coordination, meliputi ; mengamati, menerapkan, menghubungkan.




Dinamika kepribadian



Dinamika kepribadian

(Untuk Semester 5 Reguler)
Faktor-faktor penentu dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud:
       Insting
Perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut kepuasan adalah pengertian dari insting.
Secara kuantitatif insting merupakan enerji psikik yang menggerakkan proses kepribadian. Energi ini dapat ditelusuri kejelasannya melalui:
(1)     sumber (source), merupakan kondisi jasmaniah atau kebutuhan;
(2)     tujuan (aim), yaitu usaha untuk mengembalikan ke keadaan tenang sebelum munculnya insting, bersifat konstan, regresif, dan konservatif;
(3)     objek (object), adalah sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya
(4)     daya dorong (impetus), yakni kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu.
Ada dua jenis insting yaitu  insting hidup (eros) dan insting mati (tanatos).
  •  Insting jenis pertama berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan
  •  sedangkan insting kedua adalah dorongan untuk menghancurkan yang ada pada setiap tubuh manusia dan dinyatakan dalam perkelahian, pembunuhan, sadisme, perang, dan lain sebagainya.
  • Distribusi dan Pemakaian Energi
Ilmu Fisika sangat berhasil dalam abad sembilan belas, dan Freud sangat dipengaruhi  oleh ahli fisika Jerman, Hermann von Helmholtz, yang berpendapat bahwa peristiwa fisiologis juga dapat dijelaskan oleh prinsip yang sama.
 Freud sangat terkesan dengan prinsip kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi dapat diubah namun tak dapat diciptakan ataupun dihilangkan. Selain itu Freud menyatakan bahwa manusia juga merupakan sistem energi tertutup. Dalam tiap diri individu terdapat energi psikis yang disebut Libido (nafsu).
Penyerahan energi dari Id ke Ego dan Superego akan memicu hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dan kekuatan penahan (antikateksis) yang akan menentukan dinamika kepribadian seseorang. Di sinilah peran Ego dimainkan, dengan energi yang dimilikinya ia harus mengatur kepribadian secara bijaksana, melakukan pengecekkan kepada Id dan Superego serta menangani dunia eksternal. Individu memiliki peran Ego yang dominan selaras adalah salah satu tanda jiwa yang sehat.
Namun jika Ego lemah dalam mengatur konflik kejiwaan individu tersebut, ia akan menimbulkan perilaku yang abdormal. Contohnya saat Id terlalu mendominasi kepribadian individu akan menyebabkan individu tersebut terlalu cepat bertindak tanpa berpikir dan semaunya sendiri. Sama halnya jika yang terjadi adalah kekuatan Superego yang terlalu kuat akan menjadikan individu tersebut terbelenggu oleh aturan moral dan karena kekuatan ego ideal yang menerapkan standar yang tinggi, individu akan merasa terhambat dan gagal – hingga depresi.
       Kecemasan
Kecemasan atau anxiety adalah perasaan yang tergeneralisasi atas ketakutan dan kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan suatu peringatan akan terjadinya suatu bahaya atau pengalaman psikologis yang penuh rasa nyeri
Terdapat 3 jenis kecemasan yaitu:
a.    Kecemasan realitas (reality anxiety), cemas yang didasarkan adanya objek atau ancaman nyata yang menakutkan dari dunia luar. Kecemasan ini adalah tonggak awal lahirnya kecemasan neurotic dan kecemasan moral.
b.    Kecemasan neurotis (neurotic anxiety), cemas yang timbul dari ketakutan memperoleh hukuman yang diyakini jika pemuasan Id dilakukan dengan cara sendiri, padahal hukuman tersebut belum tentu diterimanya. Jika mengalami kecemasan ini maka akan menimbulkan distress, panik, hingga tak dapat membedakan antara khayalan dan realita.
c.    Kecemasan moral (moral anxiety), cemas yang dirasakan saat tindakan-tindakan baik yang nyata maupun yang dipikirkan bertentangan dengan Superego sehingga menimbulkan perasaan bersalah. Pada kecemasan ini individu masih mampu berpikir realistik karena pengaruh besar Superego.
       Mekanisme Pertahanan
Seringkali Ego tak dapat mengambil tindakan penyelesaian yang rasional dan memadai, sehingga individu menciptakan penggantinya berupa tindakan irrasional yang disebut mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanism). Tindakan ini hanya tindakan palivatif saja (tidak tuntas, tidak sesuai kenyataan). Hal yang paling penting dalam mekanisme pertahanan diri adalah konsep ketidaksadaran, karena itu proses penanggulangannya tidak rasional.