Rabu, Oktober 14

Buka Tutup Jalan di Puncak



Pada pertengahan bulan September 2015, saya melakukan perjalanan dari Jakarta ke kota Cianjur. Saya naik bis dari  terminal kampong rambutan sekitar pukul 14.00. Hari itu adalah hari sabtu, sayapun sadar pasti akan terkena macet di mana-mana. 

Bis mulai berjalan perlahan menuju kejalan  tol Jagorawi. Masuk ke jalan tol, bis melaju dengan cepat sampai kemudian nerayap di daerah cibubur. Setelah lewat dari cibubur, bis berjalan lancar. Saya pikir jalan akan terus lancar. Ternyata sebelum tol Ciawi, jalan sudah padat. Mobil pribadi, Bis, berhenti. Hanya yang di sebelah kanan yang bergerak. Bis yang saya naiki mengambil jalur kanan karena akan keluar lewat tol ciawi.

Setelah saya tanya ke penumpang di sebelah, ternyata mobil berhenti untuk menunggu jalan di buka yang menuju puncak.

Bis berhenti di Ciawi untuk menurunkan penumpang. Kemudian berjalan perlahan, apalagi hari menjelang malam di tambah dengan rintik-rintik hujan. Sampai di pasar Ciawi, bis berhenti. Tidak bergerak.Menurut sopir bis, menunggu jalan di buka kea rah puncak. Jalan kea rah puncak akan di buka nanti setelah magrib.

Ternyata pada hari Sabtu dan Minggu, perjalanan  melewati puncak harus tahu buka dan tutup jalan. Ke arah puncak, pada hari sabtu jalan akan di tutup pada sore hari sampai magrib. Yang dari puncak kea rah Jakarta, pada hari sabtu jalan akan di buka.

Begitu pula pada hari minggu, jalan ke arah puncak akan di tutup pada sore sampai magrib. Setelah magrib, jalan akan di buka kembali. Kalau mau lewat puncak sebaiknya pada malam hari, karena yang wisata di puncak, sudah mulai turun dan keluar dari puncak.

Setelah magrib, bis kemudian berjalan perlahan menuju puncak. Jalan padat merayap. Udara dingin sudah terasa. Sampai Cisarua, bis berjalan pelan karena banyaknya kendaraan yang akan menuju ke puncak. Setelah lewat Cisarua, jalan mulai lancar dan bis melaju kencang menuju kota Cianjur.

Akhirnya saya sampai di Kota Cianjur pukul 21.00. Perjalanan 5 jam dari Terminal Kampung Rambutan ke Cianjur. Kalau hari kerja , biasanya 3 jam sudah sampai.
Begitulah pengalaman melewati puncak pada hari Libur, cukup lama dan melelahkan.

Kamis, Oktober 1

Bermain di Alam membuat Masa Keci Menyenangkan



      
Kawah Gunung Galunggung, tempat wisata di Tasikmalaya

      Mengingat masa kecil, jadi membayangkan kembali  puluhan tahun silam.  Masa-masa yang penuh menyenangkan, ekspresi sesuka hati. Masa kecilku di lewatkan pada era orde baru, di tahun 80 an (udah lama banget ya). Pada saaat itu teknologi belum secanggih saat ini. Tidak ada yang namanya HP, Gadget, Tab, Laptop. Telpon rumah pun hanya ada di kota. Televisi masih TVRI. Itupun mulai siaran dari jam 16.00, pada hari kerja. Kalau hari minggu baru ada acara dari pagi hari. Dengan film kesukaan si unyil.TV nya pun masih hitam putih. Mulai ada TPI dan RCTI setelah aku SMP. Yang melewati masa kecil di era reformasi mungkin  tidak bisa membayangkan pada saat itu. Dengan terbatasanya teknologi itu, maka kegiatan sehari-hari setelah sekolah dan pada saat libur banyak dilakukan di luar rumah dengan bermain di alam sekitar. Semua tempat di sekitar rumah  menjadi tempat yang nyaman untuk bermain.
         Aku melewati masa kecil di sebuah kabupaten di Jawa Barat yaitu kabupaten Tasikmalaya. Kebetulan aku tinggal di salah satu kecamatan yang berjarak kurang lebih 12 km dari kota kabupaten. Wilayah tempat tinggalku berada di bawah kaki gunung galunggung. Udara yang begitu dingin dan sejuk serta jauh dari polusi. Setiap pagi pada saat matahari terbit, bisa melihat pemangdangan yang indah dengan gunung galunggung di sebelah barat. Sawah yang terhampar membentuk terasiring atau berundak-undak, Terlihat seperti berada di bawah gunung dengan jalan yang berada di tengah. Seperti gambar pemandangan yang sering kita buat pada waktu kecil.
      Kalau anak-anak kota pada jaman sekarang untuk melihat petani membajak sawah, menanam padi, mengambil ikan di kolam, harus pergi ke tempat wisata. Tetapi bagi aku hal itu bisa di lihat di sekitar rumah, setiap hari. Bisa bermain di sawah, sungai, kebun, gratis.
       Ada beberapa hal yang bergitu berkesan pada saat aku kecil:
1.     Berenang
      Aku senang sekali berenang pada waktu kecil. Jangan dibayangkan berenang di kolam renang ataupun di waterboom. Tempat tinggalku cukup jauh dari kota. Di kecamatanku belum ada kolam renang pada saat itu. Mulai berenang di kolam renang pada saat SMP. Itupun karena ada pelajaran olahraga berenang. Jadi kami berangkat bersama-sama dengan guru olahraga. Pada saat aku kecil, biasa berenang di sungai dan kolam.sungai di pegunungan airnya jernih ( jangan di bayangkan dengan air sungai yang ada di Jakarta).Air terus menerus mengalir pada sungai kecil dan sungai yang besar. Aku bersama teman-teman biasanya mencari sungai yang tidak terlalu deras airnya. Walaupun berenang di sungai, tetapi senang sekali pada saai itu.
Senangnya anak-anak berenang. Ini foto anakku yang suka berenang( di kolam renang)
2.     Mencari ikan dan kerang di sungai
     Di sekitar tempat tinggalku banyak sungai-sungai kecil yang mengalir. Biasanya untuk mengairi sawah dan kolam. Di sungai-sungai kecil itu biasanya banyak ikan-ikan kecil. Kalau orang sunda biasanya menamakan ikan sungai itu burayak, impun, geleng dage (seperti ikan balita sekarang). Dengan ayakan kecil aku bersama teman-teman menyusuri sungai untuk mencari ikan-ikan kecil. Mungkin ada yang belum tahu ayakan. Seperti tampah kecil yang terbuat dari bambu dengan dianyam tetapi ada lobang-lobang kecil. Kadang-kadang mendapat burayak atau ikan mujair kecil. Ada kebahagiaan sendiri kalau mendapat ikan. Semua hasil ikan yang terkumpul disimpan dalam ember kecil. Setelah agak banyak, kami biasanya memasak bersama-sama. 
       Selain banyak ikan-ikan kecil, di sungaipun banyak kerang-reang sungai yang cangkangnya berwarna kuning. Kalau orang sunda biasanya menamakan remis ( bukan remis catur lho). Kami biasanya mengambil remis di sungai-sungai kecil dengantangan. Dimasukan tangan ke sungai ambil pasir atau tanah yang ada di dasar sungai. Remis-remis ada diantara tanah atau pasir. Kemudian pilih remis-remis untuk di kumpulkan. Air di kampungku cukup bening sehingga pasir bisa terlihat dari atas sungai. Remis yang di dapat dikumpulkan dalam ember kecil. Biasanya didiamkan semalam supaya kotoran berupa tanah-tanah keluar dari remis tersebut. Keesokan harinya baru kami masak. Mencari ikan dan kerang di sungai sungguh menyenangkan. Bukan hasilnya yang tidak seberapa tapi cara kami mendapatkannya dengan berusaha sendiri
3.     Bermain di sawah
    Di sekitar rumahku banyak terdapat sawah. Karena di daearah pegunungan, sawah dibuat terasiring atau berundak-undak. Pada saat orang membajak sawah, aku senang sekali melihat membajak dengan kerbau. Kerbau berjalan mengelilingi sawah dengan di kendalikan oleh pemiliknya. Saat ini di kampungku sudah jarang yang menggunakan kerbau karena sudah beralih menggunakan traktor. Setelah panen maka sawah menjadi kering. Kami biasa bermain – main di sawah dengan berlari-lari atau ikut main layangan ( waktu kecil suka bermain  dengan teman laki-laki)
Sawah yang ada di daerah Tasikmalaya

 4.   Bermain mainan tradisional
   Ada beberapa jenis permainan tradisional yang sering aku mainkan bersama teman-teman. Diantaranya: main engkle, lompat tali, kucing-kucingan, petak umpet, ular-ularan, gambar.
 5.  Masak-masakan dan rujakan
    Waktu aku kecil senang kalau main masak-masakan. Ini masak betulan. Kadang-kadang membuat bubur dari beras atau membuat cireng ( aci di goreng). Aku bersama dengan teman-teman biasanya patungan bahan-bahan makanan. Kalau masak bubur, siapa yang bawa beras, lauknya, peralatan masak. Seringnya kami memasak di halaman rumah dengan membuat tungku kecil. Kayu – kayu kecil di kumpulkan. Walaupun rasa masakannya tidak jelas, tapi kami senang dan menikmati  masakan hasil karya sendiri. Begitu juga kalau membuat rujak. Masing- masing membawa buah-buahan. Kebetulan banyak buah-buah segar di sekitar tempat tinggalku. Ada papaya, jambu air, jambu batu, belimbing, ceremei.
      Tidak semua kegiatan di alam di lakukan tiap hari. Karena kegiatan sehari-hari adalah sekolah. Pagi sampia siang sekolah di SD kemudian di lanjutkan sekolah agama di Madrasah sampai menjelang sore. Pada saat liburan sekolah atau sore hari kami biasanya bermain.
      Begitulah masa kecilku yang bermain di alam dan menyenangkan. Mungkin kegiatanku waktu itu mirip dengan si Bolang ( Bocah Petualang) di salah satu acara televisi.

Minggu, September 20

Melihat Pelabuhan Muara Angke di Sore Hari



Melihat Pelabuhan Muara Angke di Sore Hari
Senja hari di pantai muara angke
                Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Merupakan pusat penjualan ikan dan terdapat pelabuhan sebagai transportasi ke kepulauan seribu.  Kepulauan seribu merupakan pulau-pulau kecil yang berada di sebelah utara DKI Jakarta. Kepulauan seribu merupakan Kabupaten yang masuk ke wilayah DKI Jakarta. Beberapa pulau sering dijadikan untuk tempat wisata. Contohnya: Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil, Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Sebira, Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kotok Besar, Pulau Puteri, Pulau Matahari dan Pulau Sepa. Sedangkan pusat kota pemerintahan adalah pulau Pramuka.Menjelang sore, saya melihat pelabuhan Muara Angke  sambil bertanya ke orang-orang di sekitar pelabuhan.
                Ketika saya datang ada beberapa kapal yang bersandar di pelabuhan. Yang ada di sana berupa kapal-kapal kecil. KapalAda kapal milik BRI, Depatemen Perhubungan,  Kapal milik perusahaan ( ada milik metro TV), Kapal milik pribadi. Saya lihat dari tulisan yang ada pada kapal tersebut.
Kapal milik perusahaan
                Saya lihat kapal milik pemerintah dan perusahaan swasta cukup bagus , terdapat AC di dalamnya. Kalau kapal milik pribadi cukup sederhana, dindingnya terdiri dari kayu. Di dalamnya ada beberapa tempat duduk berjejer. Tempat penumpang yang akan menuju ke tempat tujuan.Kemudian saya tanya ke orang yang ada di sekitar kapal. Ternyata kapal kapal yang ada di pelabuhan muara angke tersebut akan menuju ke kepulauan seribu. Ada yang menuju ke pulau Pramuka, Ke pulau Tidung, ke Pulau Kelapa,ke pulau Harapan.
Kapal yang dipakai untuk angkutan penumpang umum
                Saya semakin ingin tahu, kapan kapal tersebut berangkat? Kapal-kapal dari pelabuhan muara angke berangkat hari satu hari sekali yaitu jam 07.00. Pagi sekali ya. Tidak ada lagi kapal yang berangkat setelah itu. Yang berangkat sehari sekali adalah kapal untuk penumpang umum. Harga sekali berangkat adalah Rp. 40.000. Menurut mereka,”kalau ingin kapal yang bagus, naik dari Pantai Marina, harganya Rp. 160.00”.
Kalau kita pergi ke kepulauan seribu, transportasi kembali dari kepulauan seribu juga sama setiap hari hanya satu kali yaitu jam 07.00 pagi. Jadi kalau kita pergi ke kepulauan seribu, tidak bisa kembali lagi pada hari itu. Berarti harus menginap. Tetapi kalau ingin kembali hari itu lagi bisa menggunakan kapal dari kepulauan seribu menuju pantai marina. Itu pun hanya ada dari pulau pramuka. Berarti kita harus mempersiapkan diri kalau pergi ke kepulauan seribu karena terbatasnya sarana transportasi yang ada.
                Saya berjalan-jalan di sekitar pelabuhan. Ada juga kapal-kapalyang digunakan untuk di sewa. Biasanya orang akan menyewa untuk wisata di sekitar laut jawa atau untuk mancing di laut (seperti acara mancing mania).Hari semakin larut, saya mau kembali. Tapi saya melihat banyak penumpang yang masuk ke dalam kapal. Ternyata setelah saya tanya, mereka akan pergi ke pulau kelapa, pulau harapan, pulau pramuka. Karena kapal berangkat pagi hari jam 07.00, banyak yang menginap di dalam kapal menunggu pagi hari tiba. Saya tanya;” bayar tidak kalau menginap di dalam kapal”?. Kata pegawai kapal:”gratis, menunggu besok pagi berangkat”.
Saya lihat banyak barang-barang yang dibawa ke kepulauan seribu. Mereka ada juga yang berjualan disana. Biasanya pergi ke Jakarta untuk belanja seminggu sekali. Menurut mereka, harga-harga di kepulauan seribu lebih mahal karena sulit juga untuk belanja. Karena harus menunggu kapal yang berangkat sehari satu kali.
Setelah melihat-lihat dan bertanya di pelabuhan muara angke, bisa menjadi pertimbangan untuk wisata ke kepulauan seribu apabila tidak menggunakan travel. Bisa berangkat dari pelabuhan muara angke, menginap semalam di sana. Di kepulauan seribu juga terdapat beberapa penginapan yang biasa digunakan untuk yang wisata.
                Hari semakin gelap, sayapun  pulang.
Kapal-kapal yang bersandar di Muara Angke

Nasi Kucing, Kuliner Kenanganku


Nasi kucing dengan lauk sate

Wedang jahe



Pertama kali datang ke Yogyakarta pada pertengahan 1994, tentu ada beberapa hal yang mengharuskan aku mengesuaikan diri,termasuk masalah makanan. Berbagai jenis makanan aku coba. Ada yang langsung cocok dengan lidahku ada juga yang kurang cocok. Tetapi lama – lama aku terbiasa juga dengan berbagai  makanan yang ada di Yogyakarta.
Ketika malam hari tiba, di sekitar kampus  Universitas Negri Yogyakarta (UNY) mulai warung-warung tenda berdiri. Ada satu warung tenda yang menjadi perhatianku waktu itu. Aku lihat dan kubaca tulisan yang ada di gerobak tersebut. Ada tulisan :”Angkringan” . Jenis makanan apa ya? Karena penasaran, aku dekati gerobak tersebut. Ternyata jualan nasi yang sudah di bungkus, bebagai jenis sate  ( ada sate telur, sate usus, sate kikil), aneka gorengan, teko besar untuk merebus air.
Akhirnya kucoba membeli beberapa jenis makanan dan kubawa pulang ke kost. Ternyata rasanya enak. Nasi dengan porsi kecil terdiri dari nasi putih dengan sambel dan orek tempe. di makan dengan berbagai jenis sate dengan rasa yang manis karena di masak dengan bumbu bacem. Ditambah dengan gorengan, enak juga ya.
Setelah aku tanya kepada teman-teman, "ini namanya makanan apa? Koq porsinya kecil"? Kata teman-teman waktu itu, “ini namanya nasi kucing”.  Aku penasaran, “kenapa namanya nasi kucing”?. Di dalamnya tidak ada kucing. Tenyata menurut beberapa orang yang saya tanya, dinamakan nasi kucing karena porsinya yang kecil. Mungkin kalau kucing makan porsinya sedikit.
Di beberapa kegiatan di kampus kalau ada acara sampai malam, sering nongkrong di tempat nasi kucing. Memang menyenangkan makan nasi dengan bebagai lauk dan gorengan. Di tambah dengan wedang jahe atau jahe susu yang panas. Sungguh nikmat sekali, ketika di santap di malam hari apalagi sudah hampir larut malam.
Waktu itu sering makan bersama teman-teman UKM di depan FPIPS UNY. Makan sambil ngobrol mengenai kegiatan yang akan di laksanakan.
Setelah selesai studi di UNY, kadang-kadang ingin merasakan kembali kuliner yang sering kita makan. Tahun 2000 ketika mulai bekerja di daerah Jabodetabek, aku belum menemukan nasi kucing. Setelah beberapa tahun kemudian, aku menemukan juga nasi kucing. Apalagi sekarang sudah mulai banyak yang jualan nasi kucing di Jabodetabek dan sekitaranya. Rasanya hampir  sama dengan yang ada di Yogya. Yang membedakan suasana pada saat kita makan.