Nasi kucing dengan lauk sate |
Wedang jahe |
Pertama kali datang ke Yogyakarta pada pertengahan 1994,
tentu ada beberapa hal yang mengharuskan aku mengesuaikan diri,termasuk masalah
makanan. Berbagai jenis makanan aku coba. Ada yang langsung cocok dengan
lidahku ada juga yang kurang cocok. Tetapi lama – lama aku terbiasa juga dengan
berbagai makanan yang ada di Yogyakarta.
Ketika malam hari tiba, di sekitar kampus Universitas Negri Yogyakarta (UNY) mulai
warung-warung tenda berdiri. Ada satu warung tenda yang menjadi perhatianku
waktu itu. Aku lihat dan kubaca tulisan yang ada di gerobak tersebut. Ada
tulisan :”Angkringan” . Jenis makanan apa ya? Karena penasaran, aku
dekati gerobak tersebut. Ternyata jualan nasi yang sudah di bungkus, bebagai
jenis sate ( ada sate telur, sate usus,
sate kikil), aneka gorengan, teko besar untuk merebus air.
Akhirnya kucoba membeli beberapa jenis makanan dan kubawa
pulang ke kost. Ternyata rasanya enak. Nasi dengan porsi kecil terdiri dari
nasi putih dengan sambel dan orek tempe. di makan dengan berbagai jenis sate
dengan rasa yang manis karena di masak dengan bumbu bacem. Ditambah dengan
gorengan, enak juga ya.
Setelah aku tanya kepada teman-teman, "ini namanya makanan
apa? Koq porsinya kecil"? Kata teman-teman waktu itu, “ini namanya nasi
kucing”. Aku penasaran, “kenapa namanya
nasi kucing”?. Di dalamnya tidak ada kucing. Tenyata menurut beberapa orang
yang saya tanya, dinamakan nasi kucing karena porsinya yang kecil. Mungkin
kalau kucing makan porsinya sedikit.
Di beberapa kegiatan di kampus kalau ada acara sampai malam,
sering nongkrong di tempat nasi kucing. Memang menyenangkan makan nasi dengan
bebagai lauk dan gorengan. Di tambah dengan wedang jahe atau jahe susu yang
panas. Sungguh nikmat sekali, ketika di santap di malam hari apalagi sudah
hampir larut malam.
Waktu itu sering makan bersama teman-teman UKM di depan FPIPS
UNY. Makan sambil ngobrol mengenai kegiatan yang akan di laksanakan.
Setelah selesai studi di UNY, kadang-kadang ingin merasakan
kembali kuliner yang sering kita makan. Tahun 2000 ketika mulai bekerja di daerah Jabodetabek, aku belum menemukan nasi kucing. Setelah beberapa tahun kemudian, aku
menemukan juga nasi kucing. Apalagi sekarang sudah mulai banyak yang jualan
nasi kucing di Jabodetabek dan sekitaranya. Rasanya hampir sama dengan yang ada di Yogya. Yang
membedakan suasana pada saat kita makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar