Minggu, September 20

Nasi Kucing, Kuliner Kenanganku


Nasi kucing dengan lauk sate

Wedang jahe



Pertama kali datang ke Yogyakarta pada pertengahan 1994, tentu ada beberapa hal yang mengharuskan aku mengesuaikan diri,termasuk masalah makanan. Berbagai jenis makanan aku coba. Ada yang langsung cocok dengan lidahku ada juga yang kurang cocok. Tetapi lama – lama aku terbiasa juga dengan berbagai  makanan yang ada di Yogyakarta.
Ketika malam hari tiba, di sekitar kampus  Universitas Negri Yogyakarta (UNY) mulai warung-warung tenda berdiri. Ada satu warung tenda yang menjadi perhatianku waktu itu. Aku lihat dan kubaca tulisan yang ada di gerobak tersebut. Ada tulisan :”Angkringan” . Jenis makanan apa ya? Karena penasaran, aku dekati gerobak tersebut. Ternyata jualan nasi yang sudah di bungkus, bebagai jenis sate  ( ada sate telur, sate usus, sate kikil), aneka gorengan, teko besar untuk merebus air.
Akhirnya kucoba membeli beberapa jenis makanan dan kubawa pulang ke kost. Ternyata rasanya enak. Nasi dengan porsi kecil terdiri dari nasi putih dengan sambel dan orek tempe. di makan dengan berbagai jenis sate dengan rasa yang manis karena di masak dengan bumbu bacem. Ditambah dengan gorengan, enak juga ya.
Setelah aku tanya kepada teman-teman, "ini namanya makanan apa? Koq porsinya kecil"? Kata teman-teman waktu itu, “ini namanya nasi kucing”.  Aku penasaran, “kenapa namanya nasi kucing”?. Di dalamnya tidak ada kucing. Tenyata menurut beberapa orang yang saya tanya, dinamakan nasi kucing karena porsinya yang kecil. Mungkin kalau kucing makan porsinya sedikit.
Di beberapa kegiatan di kampus kalau ada acara sampai malam, sering nongkrong di tempat nasi kucing. Memang menyenangkan makan nasi dengan bebagai lauk dan gorengan. Di tambah dengan wedang jahe atau jahe susu yang panas. Sungguh nikmat sekali, ketika di santap di malam hari apalagi sudah hampir larut malam.
Waktu itu sering makan bersama teman-teman UKM di depan FPIPS UNY. Makan sambil ngobrol mengenai kegiatan yang akan di laksanakan.
Setelah selesai studi di UNY, kadang-kadang ingin merasakan kembali kuliner yang sering kita makan. Tahun 2000 ketika mulai bekerja di daerah Jabodetabek, aku belum menemukan nasi kucing. Setelah beberapa tahun kemudian, aku menemukan juga nasi kucing. Apalagi sekarang sudah mulai banyak yang jualan nasi kucing di Jabodetabek dan sekitaranya. Rasanya hampir  sama dengan yang ada di Yogya. Yang membedakan suasana pada saat kita makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar